Terlebihjika mereka mengomentari hal-hal yang bisa jadi akan menyinggung orang lain. Seperti halnya beberapa kalimat di bawah ini, kalau kamu orang sopan biasanya kamu akan menghindarinya. Apa saja? 1. "Kamu kok iteman sih sekarang?" imdb.com. Ada hal-hal yang boleh jadi biasa untukmu, tapi tidak bagi orang lain. OLEH A SYALABY ICHSAN Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya Di dalam ajaran Islam, memuliakan tamu lebih dari hubungan sosial antarmanusia semata. Sikap seorang tuan rumah terhadap tamu ternyata mempunyai nilai ibadah di sisi Allah SWT. Memuliakan tamu bahkan menjadi pertanda keimanan seseorang. “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” HR Bukhari. Alquran sempat mengisahkan bagaimana adab Nabi Ibrahim AS memuliakan tamunya yang tak lain adalah malaikat Allah. Nabi Ibrahim memuliakan para tamunya itu saat mereka datang ke tempatnya. Meski Ibrahim tidak mengenal tamu tersebut, dia pergi diam-diam untuk menemui keluarganya. Ibrahim pun membawa daging anak sapi gemuk panggang untuk dihidangkan kepada mereka. “Sudahkah sampai kepadamu Muhammad cerita tentang tamu Ibrahim malaikat-malaikat yang dimuliakan? Ingatlah ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mengucapkan, "Salaman.” Ibrahim menjawab, "Salamun, " kamu adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk yang dibakar, lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata, "Silakan kamu makan.” Tetapi mereka tidak mau makan, karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata, "Janganlah kamu takut," dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan kelahiran seorang anak yang alim Ishaq." QS adz-Dzariyat 24-28. Syekh Jamaluddin al-Qasimi dalam Saripati Ihya Ulumuddin Imam Al-Ghazali menjelaskan, sebisanya dalam mengundang seseorang, pengundang melihat ketakwaan undangannya. Orang-orang yang bertakwa lebih utama ketimbang orang-orang fasik. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW ”Makanlah makanan kalian bersama orang-orang baik.” Lantas, bagaimana hukum mengundang orang non-Muslim sebagai tamu kita? Pakar fiqih Ahmad Sarwat menjelaskan, bergaul dengan selain Muslim dibenarkan bahkan memberi makan bagi seorang non-Muslim yang fakir justru dianjurkan. Dia pun mengungkapkan, di antara delapan asnaf yang berhak menerima zakat adalah mualaf. Rasulullah SAW bahkan pernah memberi dari harta zakat kepada orang kafir yang sangat memusuhi umat Islam. Bukan semata-mata mengharapkannya masuk Islam, tetapi paling tidak orang itu berhenti dari memusuhi kaum muslimin. Kembali ke pandangan al-Qasimi, si pengundang janganlah membatasi undangan berdasarkan status ekonominya. Hendaknya, dia mengundang orang-orang fakir di samping orang kaya. Dia pun jangan sampai menyia-nyiakan kerabatnya. Menurut al-Qasimi, sikap tersebut merupakan tindakan pengabaian dan pemutusan silaturahim. Dalam mengundang tamu, dia harus memperhatikan urutan kawan dan koleganya yang dikenal. Jangan mengkhususkan sebagian orang karena bisa jadi menyinggung perasaan orang lain. Niatnya untuk mengundang para tamu itu pun hendaknya bukan untuk berbangga-bangga. Namun demi menyambungkan hati para saudara dan menggembirakan hati orang-orang mukmin. Dari sisi orang yang memenuhi undangan, al-Qasimi menjelaskan, hukumnya sunah muakadah bahkan bisa dikatakan wajib dalam beberapa kesempatan. Menurut dia, ada lima adab untuk memenuhi undangan. Pertama, jangan membeda-bedakan antara orang kaya dan orang fakir dalam memenuhi undangan. Sikap tersebut dinilai merupakan kesombongan yang terlarang. Kedua, jangan sampai dia tak mau memenuhi undangan dengan alasan jauhnya jarak sebagaimana keengganannya memenuhi undangan karena miskin dan tidak terhormatnya si pengundang. Selama jarak masih dapat ditempuh menurut kebiasaan, tidak sepatutnya ia enggan menghadiri undangan tersebut. Ketiga, jangan sampai tidak memenuhi undangan dengan alasan sedang berpuasa. Hendaklah menghadirinya bahkan jika berbuka bisa membuat hati saudaranya gembira, hendaklah berbuka. Dia bisa memperhitungkan dalam buka puasanya niat menggembirakan hati saudaranya. Dia pun telah mendapatkan apa yang lebih utama. Meski demikian, ulama Syafi’iyah al-Khatib as-Syirbini dalam kitabnya Mughni al Muhtaj punya pendapat berbeda. Menurut dia, makruh membatalkan puasa sunah tanpa uzur. Hal ini berdasarkan firman Allah, yang artinya, “janganlah kalian membatalkan amal kalian.” Karena itu, membatalkan puasa sunah berarti menyelisihi pendapat ulama yang menyatakan wajibnya menyelesaikan puasa sunah. Namun jika ada uzur, seperti menemani tamu untuk makan, karena dia merasa keberatan jika tuan rumah tidak mau menemaninya makan, maka tidak dimakruhkan membatalkan puasa sunah bahkan dianjurkan. Ini sesuai dengan hadis, "Sesungguhnya kamu memiliki kewajiban terhadap tamumu." Serta hadis, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dia harus memuliakan tamunya." Keempat, hendaknya ia tidak memenuhi undangan jika makanan hidangannya syubhat atau acara undangan diselenggarakan di tempat yang munkar. Sementara, si pengundang adalah orang yang zalim, fasik, atau memiliki maksud bermegah-megahan dan berbangga-bangga. Kelima, janganlah dia memenuhi undangan dengan maksud memenuhi syahwat perut sehingga menjadi orang yang sekadar melakukan amal dunia. Akan tetapi, hendaklah ia memperbaiki nilainya supaya dengan memenuhi undangan itu ia jadi beramal untuk akhirat. Wallahu a'lam. Haditstentang memuliakan tamu dan tetangga - Islam merupakan salah satu agama yang di muliakan oleh Allah SWT. Dalam ajaran agama Islam, tidak hanya membahas mengenai cara beribadah kepada Tuhan saja. Bahkan dalam menjamu sesama muslim lain, sudah di jabarkan dalam hadits tentang memuliakan tamu dan tetangga seperti yang tertuang dibawah ini. 1 Menyambut tamu dengan baik Ketika ada orang yang mengetuk pintu rumah atau memencet bel dan memberi salam adalah pertanda ada orang yang mau bertamu ke rumah kita. Hendaklah menjawab salam dan bersegera memberikan sambutan dengan membukakan pintu, senyum ceria, dan menyapa dengan ramah. Senyum ceria merupakan ekspresi bahwa kita senang menyambut kedatangannya. “Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah”, demikian sabda Nabi SAW HR Tirmidzi. Beliau juga bersabda لَا تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنْ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ الْمَعْرُوفِ “Janganlah engkau remehkan perkara ma’ruf, berbicaralah kepada saudaramu dengan wajah yang penuh senyum dan berseri, sebab itu bagian dari perkara yang ma’ruf” HR Abu Daud BACA JUGA Kok Loncatanmu Lebih Tinggi? Beliau memberikan teladan dengan selalu tersenyum ketika berbicara. HR Ahmad Beliau dikenal sebagai orang yang paling banyak senyumnya, sebagaimana hadits dari Abdullah bin Al Harits bin Jaz`i dia berkata; “Aku tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak senyumannya selain Rasulullah SAW.” HR Tirmudzi. Senyum kita melapangkan hati tamu dan membuat mereka merasa terhormat dan dihargai. Sapaan yang hangat akan lebih mencairkan suasana sehingga pertemuan menjadi lebih hangat dan akrab. Rasulullah memberikan teladan dalam menyapa tetamu-tetamu beliau. Ketika menerima utusan Abdul Qais beliau menyambut “Selamat datang wahai para utusan, yang datang tanpa rasa kecewa dan penyesalan” HR Bukhari dan Muslim. Bahkan ketika Fathimah puteri beliau datang berkunjung, beliau menyambut “Selamat datang, wahai puteriku.” HR Bukhari dan Muslim Tanyakan pula bagaimana keadaan mereka dengan menanyakan “Apa kabar?” Sapaan yang ramah merupakan ungkapan bahwa kita senang menerima tamu kita. Selanjutnya persilahkan duduk di tempat yang selayaknya di ruang tamu. Kebanyakan rumah dilengkapi dengan ruang tamu. Hendaknya ruang tamu selalu dijaga agar tetap dalam keadaan bersih, rapi, dan wangi. Keadaan yang kotor, berantakan, dan bau tak sedap menjadikan suasana menjadi kurang nyaman. 2 Menerima tamu dengan baik Tamu yang datang berkunjung ke rumah kita ada kalanya datang sendiri dan ada kalanya memang kita undang. Kedua-duanya hendaknya diterima dengan baik. Rasulullah SAW adalah contoh teladan penerima tamu yang baik. قَالَ جَرِيرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ مَا حَجَبَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ أَسْلَمْتُ وَلَا رَآنِي إِلَّا ضَحِكَ Dari Jarir bin Abdullah berkata; “Sejak saya masuk Islam, Rasulullah SAW tidak pernah menolak saya untuk bertamu dan berkunjung ke rumah beliau. Dan beliau selalu tersenyum setiap kali melihat saya.” HR. Muslim Menerima dan memuliakan tamu merupakan bagian dari tanda keimanan, sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Suraih Al Ka’bi bahwa Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan malam, dan bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah baginya, tidak halal bagi tamu tinggal bermalam hingga ahli bait mengeluarkannya.” HR Bukhari Seorang mukmin hendaknya siap menerima tamu di rumahnya atau tempat lain yang layak. Terlebih-lebih bila tamu-tamunya datang atas undangannya, persiapannya haruslah lebih baik. Siapkan di mana mereka akan ditempatkan, bagaimana penyambutannya, dan apa jamuan atau hidangannya. Bila harus menginap, disiapkan pula kamar tempat mereka tidur. Mendapatkan jamuan adalah salah satu hak tamu yang harus kita tunaikan. Kitapun juga harus menyiapkan diri untuk kedatangan tamu kapan saja. Salah satu bentuk kesiapannya diwujudkan dengan menyediakan ruang tamu di rumah kita. Alhamdulillah, hampir setiap rumah kaum muslimin telah disediakan ruang tamu, dan bahkan banyak pula yang menyediakan kamar khusus untuk tamu yang menginap. 3 Menjamu Setelah tamu duduk dan berbasa basi sebentar, segeralah persiapkan dan hidangkan suguhan berupa air minum dan makanan ringan. Mendapat suguhan merupakan hak tamu. Dari Abu Suraih Al Ka’bi bahwa Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan malam.” HR. Bukhari Nabiyullah Ibrahim AS juga memberikan contoh dalam memberikan penghormatan kepada tetamunya sebagaimana diabadikan dalam al-Qur’an Sudahkah sampai kepadamu Muhammad cerita tentang tamu Ibrahim malaikat-malaikat yang dimuliakan? Ingatlah ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan “salam”, Ibrahim menjawab “Salam, orang-orang yang tidak dikenal”. Maka ia pergi diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk yang dibakar, lalu dihidangkan kepada mereka. Ibrahim berkata “Silakan kamu makan”. QS Ad-Dzariyat ayat 24 – 27 Nabi Muhammad sendiri suka memberikan hidangan kepada tamu-tamu beliau. Dari Al-Mughirah bin Syu’bah dia berkata “Pada suatu malam saya pernah bertamu kepada Nabi SAW. Lalu beliau memerintahkan untuk diambilkan sepotong daging kambing besar. Setelah dipanggang, beliau mengambil sebilah pisau, lalu beliau memotong-motongnya untukku dengan pisau tersebut.” HR. Abu Daud Terhadap tamu non muslim pun beliau menjamu. Dari Abu Hurairah berkata, “Seorang kafir datang bertamu kepada Rasulullah SAW. Maka beliau memerintahkan untuk mendatangkan seekor kambing untuk diperah, orang kafir itu lalu memimun perahan susunya. Lalu diperahkan dari kambing yang lain, dan ia meminumnya. Lalu diperahkan dari kambing lain lain, dan ia meminumnya lagi, hingga menghabiskan susu dari tujuh kambing. Keesoakan harinya orangitu masuk Islam. Rasulullah SAW menyuruh agar kambing beliau diperah. Diapun minum air susunya, kemudian beliau memerahkannya lagi namun dia tidak sanggup menghabisinya. Sehingga Rasulullah SAW bersabda “Seorang mukmin minum dengan satu usus sedangkan orang kafir minum dengan tujuh usus.” HR. Malik Terhadap pentingnya menjamu, Rasulullah SAW menyatakan عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ أَبِي كَرِيمَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّمَا مُسْلِمٍ أَضَافَ قَوْمًا فَأَصْبَحَ الضَّيْفُ مَحْرُومًا فَإِنَّ حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ نَصْرَهُ حَتَّى يَأْخُذَ بِقِرَى لَيْلَتِهِ مِنْ زَرْعِهِ وَمَالِهِ Dari Al Miqdam bin Ma’di Karib, Abu Karimah dari Nabi SAW, “Seorang muslim yang bertamu kepada suatu kaum, dan pagi harinya tamu itu dalam keadaan tidak mendapatkan jamuan, seorang muslim wajib menolongnya hingga ia mengambilkan jamuan malamnya dari tanamannya dan hartanya.” HR. Ahmad Para sahabat sangat mementingkan jamuan untuk tamu. Berikut ini riwayat terkait yang disampaikan oleh Nabi kepada Abu Hurairah “Seorang laki-laki Anshar kedatangan tamu dan bermalam di rumahnya. Padahal dia tidak mempunyai makanan selain makanan anak-anaknya. Maka dia berkata kepada isterinya; Tidurkan anak-anak dan padamkan lampu. Sesudah itu suguhkan kepada tamu kita apa adanya.’ Kata Abu Hurairah Karena peristiwa itu maka turunlah ayat Al Hasyr 9 itu” HR. Muslim “Dan mereka mengutamakan orang lain muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan…” Bagian ke-4 dari Surah Al Hasyr 9 itu menunjukkan penghargaan Al Qur’an kepada orang yang memiliki empati kepada orang lain, padahal dirinya sendiri dalam kesusahan. Bayangkan betapa tinggi nilai perbuatan seperti itu. Anda yang memiliki kecukupan rezeki ada baiknya senantiasa memiliki persediaan minuman dan makanan di rumah, sehingga sewaktu-waktu ada tamu tinggal menghidangkannya. BACA JUGA Kisah Tuan Rumah Istimewa dan Tamu yang Mulia Ketika hidangan telah siap tuan rumah mempersilahkan tetamunya menikmati terlebih dahulu, baru ia mengikuti setelah tetamunya. Hal ini berdasar hadits Qatadah RA yang cukup panjang, dia berkata “….. Lalu Rasulullah SAW menuangkan air dan aku membagikannya, hingga tidak ada yang tersisa selain aku dan Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW bersabda kepadaku, “Minumlah”. Aku jawab, “Aku tidak akan minum hingga engkau minum, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda, “Sesungguhnya, orang yang memberi minum itulah yang terakhir minum”. Qatadah melanjutkan “Maka akupun minum, dan Rasulullah SAW pun kemudian minum….” HR Muslim, Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, ad-Darimi 4 Mengiringi Tamu Ketika Pulang Bila tamu telah menikmati jamuan yang disajikan, menyelesaikan hajatnya, dan berpamitan hendak pulang hendaknya diucapkan kata-kata perpisahan yang menyenangkan, berterima kasih atas kunjungannya, dan menunjukkan raut wajah yang berseri-seri. Untuk menunjukkan keakraban, antarkan tamu hingga halaman rumah, dan pandanglah hingga ia telah keluar dari halaman rumah. Abu Ubaid Qasim bin Salam pernah mengunjungi Ahmad bin Hambal. Abu Ubaid berkata “Tatkala aku hendak pergi, dia bangun bersamaku. Aku pun berkata karena malu atas penghormatannya itu “Jangan kau lakukan ini, wahai Abu Abdillah!” Sementara itu Abu Amar al-Hamadzani As-Sya’bi, seorang pemuka tabi’in yang cerdas dan tawadu’ yang diketahui belajar kepada 500 sahabat Nabi, mengatakan “Di antara kesempurnaan sambutan orang yang dikunjungi adalah engkau berjalan bersamanya hingga ke pintu rumah dan mengambilkan kendaraannya.” [] SUMBER MUHAMMADIYAH
Sesungguhnyaseseorang mengucapkan kata-kata yang tidak ia teliti kebenarannya, ucapannya itu menyebabkannya tergelincir di neraka lebih jauh dari pada jauhnya antara timur dan barat. [2] Dalam Sha h î h al-Bukh â ri disebutkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu , dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
Menyambung silaturahmi dan menyambut orang yang berniat untuk menyambung tali silaturahmi adalah keharusan bagi selurut umat muslim. Memulai dan menyambung silaturahmi dengan cara bertamu dan menerima tamu memiliki adab-adabnya tersendiri yang teratur dalam aturan Islam. Bahkan islam sangat menganjurkan kepada umatnya agar senantiasa memuliakan dan mengormati tamu sebagai bentuk ketakwaan kepada agama dan sebagai bentuk penghormatan terhadap diri sendiri. Karena kualitas pribadi seseorang salah satunya bisa terlihat dari bagaimana ia menerima tamu dan memuliakan seseorang yang bertamu ke rumahnya. Baca juga Hukum Silaturahmi Menurut Islam.Banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai bentuk penghormatan kita terhadap tamu yang berkunjung, mulai dari bersikap ramah hingga memberikan jamuan serta mengantarkan mereka hingga ke halaman rumah setelah pamit akan pulang. Hal ini berlaku sama untuk siapapun tamu yang berkunjung tanpa harus memandang agama, terlebih status dan jugaHikmah Silaturahmi Antar SaudaraKeutamaan Menyambung Tali Silaturahmi dalam IslamHukum Memutuskan Tali Silaturahmi Menurut IslamBegitu pentingnya memuliakan tamu, Allah telah mencontohkan perilaku positif ini bahkan sejak jaman dahulu. Dalam surat adz dzariyat diceritakan bagaimana Nabi Ibramin kala itu yang menjamu tamunya dengan أَتَىٰكَ حَدِيثُ ضَيۡفِ إِبۡرَٰهِيمَ ٱلۡمُكۡرَمِينَ ٢٤ إِذۡ دَخَلُواْ عَلَيۡهِ فَقَالُواْ سَلَٰمٗاۖ قَالَ سَلَٰمٞ قَوۡمٞ مُّنكَرُونَ ٢٥ فَرَاغَ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦ فَجَآءَ بِعِجۡلٖ سَمِينٖ ٢٦ فَقَرَّبَهُۥٓ إِلَيۡهِمۡ قَالَ أَلَا تَأۡكُلُونَ ٢٧Artinya 24 Sudahkah sampai kepadamu Muhammad cerita tentang tamu Ibrahim yaitu malaikat-malaikat yang dimuliakan; 25 Ingatlah ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan “Salaamun”. Ibrahim menjawab “Salaamun kamu adalah orang-orang yang tidak dikenal”; 26 Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk; 27 Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata “Silahkan anda makan”. QS Adz Dzariyat 24 – 27.Selain beberapa contoh yang telah disebutkan di atas, masih banyak keutamaan-keutamaan dalam memuliakan tamu menurut pandangan Islam. Berikut adalah penjelasan lebih lengkap mengenai keutamaan memuliakan tamu dalam islamMendapat Pahala Seperti Ibadah Haji Dan UmrahSelain sebagai salah satu jalan untuk menyambung dan mempererat tali silaturahmi antar manusia. Tamu yang datang ke kediaman kita juga dapat mendatangkan berkat dan rahmat dari Allah Subhana hua ta’ ini disampaikan oleh Ibnu Abas radhiyallahu anhuma yang mengisahkan bahwasannya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda “Jika ada tamu masuk ke dalam rumah seorang mukmin, maka akan masuk bersama tamu itu seribu berkah dan seribu rahmat. Allah akan menulis untuk pemilik rumah itu pada setiap kali suap makanan yang dimakan tamu seperti pahala haji dan umrah.” Baca juga Adab Bertamu dalam Islam; Hukum Menyakiti Hati Anak YatimMenghapus Dosa Tuan RumahSelain dapat mendatangkan berkah dan rahmat dari Allah subhana hua ta’ala, tamu yang berkunjung ke kediaman kita juga dapat mendatangkan pengampunan dari Allah dan menghapuskan dosa yang dimiliki oleh tuan ini telah dikisahkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda “Wahai sekalian manusia, janganlah kalian membenci tamu. Karena sesungguhnya jika ada tamu yang datang, maka dia akan datang dengan membawa rezekinya. Dan jika dia pulang, maka dia akan pulang dengan membawa dosa pemilik rumah.”Baca jugaDosa yang Tak TerampuniCara Menghapus Dosa Zina Sebelum MenikahDosa Wanita Yang Paling Dibenci AllahDosa Besar dalam IslamSelain itu sebuah hadis juga mengisahkan bahwa Ali Ibn Abi Thalib radhiyallahu anhu pernah diberitahu oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang bersabda “Wahai Ali, jika kamu dikunjungi oleh tamu, maka ketahuilah bahwa Allah Ta’ala telah memberikan anugrah kepadamu. Sebab Dia telah mengutus sesuatu yang bisa menyebabkan dosamu diampuni.”Disinari Oleh Cahaya KebaikanDengan kedatangan tamu dan kita memuliakan mereka sebagai tamu yang kita perlakukan dengan sopan dan ramah, maka Allah akan menyinari cahaya kebaikan untuk seluruh anggota keluarga yang ada di rumah tersebut meskipun tingkat keimanan dan ketakwaan yang dimiliki hadis riwayat Mu’adz Ibnu Jabal radhiyallahu anhuma mengisahkan “Tidak ada satu rumahpun yang dikunjungi oleh tamu, kecuali Allah Tabaarak wa Ta’ala mengutus ke rumah tersebut satu malaikat yang menyerupai burung selama empat puluh hari sebelum tamu itu sampai. Malaikat itu akan menyeru Wahai pemilik rumah si fulan ibn si fulan, tamu kalian akan datang pada hari ini dan itu. Sedangkan balasan dari Allah adalah ini dan itu.’ Para malaikat yang diwakilkan untuk menjaga rumah itu berkata balasan apa lagi yang akan diterima?’ Maka keluarlah malaikat tadi kepada mereka dengan membawa sebuah catatan yang tertulis Allah telah mengampuni penghuni rumah tersebut, meskipun jumlah mereka seribu.’”“Tidak ada seorang hamba mukminpun yang memuliakan seorang tamu ikhlas karena Allah Yang Maha Dermawan, kecuali Allah akan memperhatikannya sekalipun dia berada di antara kerumunan orang. Seandainya tamu yang datang termasuk ahli surga dan pemilik rumah ahli neraka, maka Allah Ta’ala menjadikan pemilik rumah tersebut termasuk ahli surga karena telah memuliakan tamunya.” baca juga Manfaat Senyum Dalam Islam; Hak Muslim Terhadap Muslim Lainnya.Tauladan Dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa SallamRasulullah adalah panutan dan suri tauladan yang baik bagi umat muslim. Termasuk dalam hal memuliakan tamu, Rasulullah sangat menganjurkan dan mengajarkan hal tersebut yang dikisahkan dalam sebuah hadisDari Abu Hurairah, ia berkata Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam”. [HR. Bukhari]Menjadi Ladang SedekahSikap ramah dan jamuan yang kita berikan kepada tamu yang berkunjung ke rumah adalah ladang sedekah bagi kita, terlebih jika tamu yang berkunjung menginap sampai lebih dari tiga hari. Baca juga Hikmah Sedekah dalam Islam; Manfaat Sedekah Anak Yatim.Sebuah hadis dari Abu Hurairah mengisahkan bahwasanya Nabi SAW bersabda“Haknya tamu itu selama tiga hari, maka yang lebih dari itu menjadi sedeqah”. [HR. Abu Dawud].Termasuk Amalan SurgaMenerima dan memuliakan tamu termasuk dalam perilaku atau amalan yang mendekatkan kita kepada surga. Perkara ini dikisahkan dalam hadis dari Humaid Ath-Thawil dari Anas bin Malik RA, ia berkata Ada suatu kaum datang kepadanya untuk menjenguk sakitnya, lalu Anas memanggil pembantunya, “Hai anak perempuan, bawalah kesini untuk teman-teman kita walaupun sedikit makanan, karena saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Kemuliaan akhlaq termasuk amalan-amalan surga”. [HR. Thabrani].Selain itu, Nabi SAW juga bersabda“Tidaklah seorang muslim yang mendatangi saudaranya yaitu mengunjunginya karena Allah, kecuali ada malaikat yang menyerunya dari langit dengan mengatakan, “Sangat baik perbuatanmu dan surga yang baik untukmu. Dan jika tidak demikian, Allah berfirman di kerajaan Arsy-Nya, “Hamba-Ku berkunjung karena Aku, dan pasti Aku akan memulyakannya”. Maka Aku tidak ridla memberi balasan baginya kecuali surga”. [HR. Abu Ya’la]Sebagai Bentuk Keimanan Dan Ketakwaan Terhadap AllahKeimanan dan ketakwaan seseorang dalam memegang teguh agamanya terlihat dari bagaimana ia memperlakukan Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang artinya ”Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memuliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memuliakan tamunya.” Muttafaqun Alaihi.Baca jugaHukum Korupsi Dalam IslamHukum Mencuri Dalam IslamTips Sehat Ala RasulullahDemikianlah beberapa keutamaan dalam memuliakan tamu menurut pandangan Islam. Smeoga artikel ini dapat menambahkan khazanah keilmuan dan meningkatkan keimanan kita semua. Amin.

Saatingin menolak sesuatu, misalnya ajakan, kita tetap harus melakukannya dengan sopan. Baca Juga: Contoh Ungkapan Rasa Bersungguh-sungguh dalam Bahasa Inggris. Salah satu contoh kalimat penolakan yang paling sering digunakan adalah " no, thank you " atau yang artinya "enggak, terima kasih". Kali ini, GridKids akan memberikan beberapa contoh

Adab Atau Tata Krama Bertamu Dan Menerima Tamu - Sebagai Seorang Muslim, kita diperintahkan supaya mempererat hubungan tali silaturahmi. Dan sudah semestinya kita sebagai umat islam saling berkunjung atau bertamu sehingga dapat menumbuhkan hubungan yang akrab. Meskipun demikian kita harus memperhatikan adab atau tata krama bertamu maupun menerima tamu. Memuliakan tamu merupakan ciri akhlak yang mulia. Sementara sikap tidak menghormati tamu merupakan akhlak yang tidak terpuji. Rasulullah Saw, menghubungkan sikap memuliakan tamu sebagai ciri orang yang beriman. Beliau bersabda yang artinya "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir janganlah menyakiti tetangganya, dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tamunya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik atau kalau tidak bisa hendaknya ia diam." Bukhari dan Muslim. Baca juga Bacaan doa ketika naik kendaraan darat, laut dan udara Adab Bertamu Bertamu merupakan sunah rasul agar kita mendapat rahmat dan berkah. Oleh karena itu pada saat kita hendak bertamu atau silaturahmi janganlah seenaknya sendiri. Harus memperhatikan tata krama atau norma-norma dalam bertamu. Niat bertamu dengan ikhlas, baik, tidak untuk berbuat jahat atau maksiat. Mengetahui waktu yang tepat untuk bertamu. Memakai pakaian yang sopan, bersih, rapih atau pantas. Mengetuk pintu tiga kali dan mengucapkan salam kepada tuan rumah. Berjabat tangan dengan pemilik rumah pria, jika dengan wanita cukup menunjukan rasa hormat. Masuk ke rumah setelah dipersilahkan masuk. Jangan masuk sebelum dipersilahkan masuk oleh tuan rumah. Duduk ditempat yang sudah dipersilahkan duduk oleh tuan rumah. Berbicara dengan bahasa yang sopan dan santun dengan menyenangkan tuan rumah. Mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan dan bicara seperlunya, tidak menggunjing, menjelekkan orang lain. Tidak berlama lama ketika bertamu, jangan sampai membuat pemilik rumah jenuh dan bosan. Adab Menerima Tamu Agama Islam juga mengajarkan tata krama menerima tamu atau menghormati tamu, bagi kaum muslimin dalam menyambut atau menerima tamu, baik dari segi sikap, perkataan, penampilan, maupun pelayanan yang diberikan. Dengan demikian kita dapat memperlakukan tamu dengan sebagaimana mestinya. Berikut ini adalah tata krama dalam menerima tamu. Menjawab salam jika tamu mengucapkan salam Menyambut tamu dengan ikhlas dan wajah penuh keramahan. Tidak membedakan sikap terhadap tamu yang datang. Berjabat tangan laki-laki dengan laki-laki dan perempuan serta mempersilahkan masuk dan duduk di tempat yang sudah disediakan. Usahakan agar tamu senantiasa gembira dan senang berada di rumah kita. Segera menjamu tamu apabila ada persediaan makanan atau pun minuman dan mempersilahkan untuk menikmatinya. Mempersilahkan apabila tamu minta pamit hendak pulang. mengantarkan tamu sampai pintu rumah atau halaman dan meminta maaf apabila ada kekurangan dalam penerimaanya. Menjawab salam jika tamu akan pulang mengucapkan salam. mendoakan tamu agar selamat sampai dirumahnya. Baca juga Adab atau tata karam makan dan minum dalam islam Demikianlah sedikit mengenai adab atau tata krama bertamu dan menerima tamu. Semoga bisa bermanfaat, perlu diingat bertamu atau menjalin silaturahmi dapat memperpanjang umur serta memperlancar rezeki kita. Inilahkata-kata sopan yang bijak dan menginspirasi, bahkan dapat menjadi sebuah nasihat baik dalam bertingkah laku sopan. Berikut kata-kata sopan tersebut: "Biarkan orang-orang menyadari dengan jelas bahwa setiap kali mereka mengancam seseorang atau mempermalukan atau tidak perlu menyakiti atau mendominasi atau menolak manusia lain, mereka
Memuliakan tamu merupakan tradisi serta perangai mulai para nabi dan orang-orang terdahulu. Karenanya, tak heran banyak hadis dan riwayat yang menganjurkan kita untuk memuliakan tamu. Bahkan, ada yang mengaitkannya dengan keimanan, seperti halnya hadits berikut مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ Artinya, “Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka muliakanlah tamunya,” Malik. Di momen hari raya atau lebaran ini, kita mungkin kedatangan banyak tamu yang silaturahim ke rumah, baik tamu dekat maupun tamu jauh, termasuk saudara, kerabat, dan teman sehingga memiliki banyak kesempatan untuk memuliakannya. Sebagai anjuran syariat, memuliakan tamu memiliki sejumlah adab atau etika yang harus kita perhatikan, antara lain sebagai berikut 1. Menjawab Salam yang Disampaikan Tamu Menjawab salam yang disampaikan tamu sudah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim sebagai nabi yang paling istimewa dalam memuliakan tamu. Hal itu seperti yang dilansir dalam Al-Quran Cerita itu bermula ketika mereka masuk bertamu kepadanya, lalu mengucapkan, “Salam.” Ibrahim menjawab, “Salam.” Mereka adalah orang-orang yang belum dikenal, QS. Adz-Dzariyat 51] 25. Bahkan dikisahkan, saking mulianya akhlak Nabi Ibrahim terhadap tamu, ia tidak pernah mau makan sendirian. Ketika tak ada tamu yang datang, ia segera mengirim utusan untuk mencarikan orang yang mau makan bersamanya. Lihat Muhammad, Shalih Al-Munjid, Silsilatul Adab, jilid VIII, halaman 2. 2. Menyambut Tamu dengan Gembira Tamu yang datang ke rumah hendaknya disambut dengan hangat, wajah ceria, murah senyum dan rendah hati. Tidak menunjukkan wajah sedih atau bingung, apalagi muka masam dan cemberut. Sebaliknya, tunjukkanlah sikap perhatian, kegembiraan, dan antusias terhadap tamu. Yakinlah tamu yang datang membawa berkah bagi tuan rumah dan membawa rezekinya sendiri. Karena itu jangan sungkan dan ragu untuk menjamu dan melayaninya. Ingatlah sabda Rasulullah saw. وَتَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ صَدَقَةٌ Artinya, “Senyummu di hadapan wajah saudaramu adalah sedekah,” HR. Al-Bukhari. Khusus di momen lebaran atau hari raya Idul Fitri, begitu tamu datang, sampaikan sapaan hangat, ucapan selamat hari raya atau selamat lebaran, serta permohonan saling memaafkan. 3. Senantiasa Menemani dan Melayani Tamu Tamu yang datang ke rumah kita hendaknya ditemani dan dilayani. Jangan ditinggalkan atau apalagi dibiarkan begitu saja kecuali ada kebutuhan penting. Kendati ditinggalkan jangan terlalu lama dan sebaiknya disampaikan alasannya dengan baik. Keperluan atau kebutuhannya dipenuhi selagi mampu dan tersedia. Jika tamunya baru dan cukup lama, tunjukkan kepadanya di mana kamar mandi, tempat shalat, arah kiblat, dan kamar istirahatnya jika bertamu sampai menginap. Walhasil, layanilah dengan sebaik-baiknya dan buatlah senyaman-nyamannya. 4. Menjamu dengan Makanan Kesukaan Sebagai bentuk ketaatan terhadap anjuran syariat, menjamu tamu harus dilakukan dengan baik. Utamakan menjamunya dengan makanan kesukaannya. Jika makanan belum siap, setidaknya minuman terlebih dahulu disuguhkan. Bahkan, demi memuliakan dan menghormati tamu, di saat berpuasa sunah pun, kita diperbolehkan berbuka. أَنْ لَا يَمْتَنِعَ لِكَوْنِهِ صَائِمًا بَلْ يَحْضُرُ فَإِنْ كَانَ يَسُرُّ أَخَاهُ إِفْطَارُهُ فَلْيُفْطِرْ وَلْيَحْتَسِبْ فِي إِفْطَارِهِ بِنِيَّةِ إِدْخَالِ السُّرُورِ عَلَى قَلْبِ أَخِيهِ ....وذلك في صوم التطوع Artinya, “Memenuhi undangan hendaknya jangan sampai terhalang oleh keadaan seseorang sedang berpuasa. Tetap datanglah menghadirinya. Bahkan, jika berbuka adalah hal lebih menyenangkan saudaranya, maka berbukalah. Perhatikan pula, saat ia berbuka, harus diniatkan memberikan kesenangan dalam hati saudaranya. Namun, itu dilakukan dalam puasa sunat.” Lihat al-Ghazali, juz II, halaman 20. Bahkan, Rasulullah saw pernah mencontohkan selalu bersikap ramah, termasuk kepada tamu non-Muslim sekalipun. Diriwayatkan, saat ada tamu non-Muslim, beliau memerintahkan untuk memerah kambingnya lalu menyuguhkan susunya kepada tamu tersebut. Berkat keramahannya itu, keesokan harinya si tamu yang non-Muslim tersebut langsung masuk Islam. Sedekah kepada tamu juga termasuk ke dalam keumuman hadis sedekah yang disampaikan Rasulullah saw, di mana keistimewaannya dapat memadamkan murka Allah dan menghapus dosa-dosa. صَدَقَةُ اللَّيْلِ تُذْهِبُ غَضَبَ الرَّبِّ، وَصَدَقَةُ النَّهَارِ تُطْفِئُ الذُّنُوبَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ Artinya, “Sedekah di malam hari dapat menghilangkan murka Tuhan dan sedekah di siang hari dapat memadamkan menghapus dosa-dosa, sebagaimana air memadamkan api,” HR. Ahmad. Meski demikian, jangan pula dilakukan secara berlebihan dan terlalu memaksakan. 5. Tidak Bersikap yang Menyinggung Tamu Saat ada tamu, tunjukkan sikap yang ramah. Jagalah penampilan. Berpakaianlah yang bersih, rapi, sopan, dan menutup aurat agar tamu merasa nyaman. Pergunakanlah bahasa dan tutur kata yang sopan dan lemah lembut. Jangan pernah menegur atau memarahi seseorang di hadapan tamu, meskipun yang ditegur atau yang dimarahi adalah anak atau keluarga sendiri. Sebab, sikap demikian dapat menyinggung perasaan tamu. Termasuk menjaga perasaan tamu adalah tidak membicarakan hal-hal yang terlalu pribadi dan sensitif. Lagi-lagi, bertutur baik juga merupakan tanda keimanan, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ Artinya, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka katakanlah yang perkataan baik atau memilih diam,” HR. Malik. 6. Mengantar Tamu Sampai Pintu atau Halaman Di saat tamu pamitan, tuan rumah hendaknya mengantar sampai pintu atau halaman rumahnya. Pandanglah sampai ia tak terlihat lagi. Jangan lupa untuk saling mendoakan, menyampaikan harapan kunjungan berikutnya, salam perpisahan yang menyenangkan, dan ucapan terima kasih atas kedatangannya. Jangan pernah menutup pintu, apalagi sampai keras, atau membiarkan tamu sebelum sang tamu pergi dan benar-benar menjauh. Demikian adab dan etika menerima tamu yang harus diperhatikan. Insya Allah, semua yang diberikan kepada tamu, baik berupa perkataan, penghormatan, jamuan, dan sebagainya, selama dilakukan dengan ikhlas akan menjadi sedekah dan kebaikan serta bernilai pahala di sisi Allah. Wallahu a’lam. Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.

Perihalmemuliakan tamu inilah, sepasang suami istri pernah bertengkar. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Khalikan dalam kitab Wafayat al-A'yan, bahwasanya Haitsam bin Ady suatu waktu pergi meninggalkan keluarganya untuk berkunjung ke kampung saudara-saudaranya. Haitsam bin Ady pergi dengan membawa seekor unta. Tiba-tiba untanya tersebut lari.

Word Definitions Text Translation Dictionary Thesaurus Sinonim Kata Tulis kata dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris Tesaurus Bahasa Indonesiasinonimlafal, sebutan, tuturan, ujaran, Visual ArtiKataExplore ucapan in > Cari berdasar huruf depan A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z Situs lain yang mungkin anda suka • Kamus Bahasa Indonesia • Rima Kata ..Obfuscated by 2011-2023. Kamus Thesaurus Bahasa Indonesia dan Inggris. Source & Disclaimer. OK.
VzdgJub.
  • 88a0mvhhin.pages.dev/373
  • 88a0mvhhin.pages.dev/132
  • 88a0mvhhin.pages.dev/350
  • 88a0mvhhin.pages.dev/245
  • 88a0mvhhin.pages.dev/365
  • 88a0mvhhin.pages.dev/101
  • 88a0mvhhin.pages.dev/456
  • 88a0mvhhin.pages.dev/560
  • mengucapkan kata kata yang sopan dan memuliakan tamu termasuk