Dramatradisional disebut juga dengan drama daerah, karena jenis drama ini sudah dan sudut pandang (Fananie, 1996:114). Oleh karena itu, untuk mengetahui keseluruhan makna . dalam sebuah karya sastra, maka unsur-unsur tersebut harus dihubungkan satu dengan lain. tokoh dalam pementasan lakon, penokohan harus menciptakan alur tokoh karena
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Data PementasanKelompok Pementas Komunitas Santri KOMSAN IAIN PontianakBentuk Pementasan TeaterNaskah CharlieWaktu Pementasan 12 Desember 2017 Pukul - selesaiTempat Pementasan Taman Budaya, PontianakPenonton UmumPementas Mahasiswa IAIN angkatan 2013Dokter Ali Wafan/fakultas syariah/perbankan Andi Muhammad Ismai/fakultas syariah/jurusan Ichmal Furqan/fakultas syariah/jurusan Muamalahhukum islam.Ringkasan Isi PementasanDalam teater yang berjudul Charlie yang dipentaskan oleh mahasiswa IAIN Pontianak angkatan 2013 ini mengisahkan tentang seorang Kakek dan Cucunya mencari seseorang yang bernama Charlie. Pencarian tersebut terhenti karena seiring perjalanan waktu, usia kakek yang tak lagi muda memiliki permasalahan terhadap matanya. Karena merasa matanya mulai rabun ia pergi kedokter bersama dengan Cucunya mencari solusi agar matanya sembuh, mungkin dengan kacamata. Setelah sampai di tempat dokter, Cucunya langsung menceritakan segala permasalahan pada mata Kakek dan memberi tahu apa tujuan dari pengobatan mata Kakek, yaitu agar Kakek bisa melihat dengan jelas dan dengan mudah menembak Charlie orang yang paling mereka takuti. Mendengar penjelasan Cucunya, tentu saja Dokter tidak menyutujui tujuan dari penyembuhan mata Kakek karena dengan alasan kemanusian dan mengatakan bahwa kakek tidak muda lagi untuk mengangkat senjata. Tetapi tetap saja Cucunya memaksa agar melakukan penyembuhan terhadap Kakeknya, dengan tekad yang kuat Cucunya memaksa dengan menodongkan pistol di kepala Dokter. Ya mau tidak mau Dokter mencoba dengan berpura-pura membantu menyumbuhkan tetapi hasilnya nihil, padahal Dokter tau apa yang bisa membuat mata Kakek itu sembuh yaitu dengan kacamata yang ia kenakan, tetapi tetap saja ia tidak memberikannya. Gerak-gerik Dokter mulai terbaca oleh sang cucu, ia mengetahui apa yang sebenarnya bisa menyembuhkan mata Kakek. Dengan keberanian dan tekad yang tinggi Cucu mulai merampas kacamata yang dimiliki Dokter itu dan kemudian memakaikan kacamata itu kepada Kakek. Setelah Kakek menggunakannya terlihat jelaslah apa yang seharusnya terlihat jelas oleh Kakek. Kakek akhirnya mengenal kembali tentang Charlie setelah memakai kacamata. Setelah sembuh matanya Kakek dan Cucunya langsung saja menduga bahwa Dokterlah yang harus mereka musnahkan karena mereka merasa bahwa Dokterlah yang mereka buru selama ini yaitu Charlie. Tentu saja Dokter tidak mengakuinya ia malah mempengaruhi pemikiran kuat Kakek dan Cucunya itu, dengan mengatakan bahwa Charlie akan tiba di tempat itu dan Dokter juga mennyampaikan Charlie pernah mengatakan bahwa kedua orang yang aku temui adalah orang yang bodoh, munafik, dan pengkhianat. Dengan perasaan yang mengebu-gebu dan memanas Kakek dan Cucunya terus menunggu kedatangan Charlie yang tak kunjung datang. Isi Resensi bentukDilihat dari aspek bentuk, menurut saya pementasan Teater ini sangat baik, dengan melibatkan pemain yang jumlahnya tiga orang. Sangat baik karena menggambarkan suatu kehidupan realita yang terjadi saat ini di Indonesia yang perankan oleh dokter, kakek dan cucu sesuai dengan karakteristik dari cerita yang diangkat. Setting tempat praktek dokter mata sangat sesuai dengan cerita yang di angkat dalam Teater isi 1 2 Lihat Film Selengkapnya
Nurgiyantoro(2005:248) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sudut pandang atau point of view yaitu cara sebuah cerita dilukiskan. Sudut pandang juga merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan oleh pengarang sebagai saran untuk menyajikan tokoh, latar, tindakan, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya
Teks cerita pendek atau disebut juga cerpen merupakan suatu karya sastra dalam bentuk tulisan yang mengisahkan tentang sebuah cerita fiksi lalu dikemas secara pendek, jelas dan ringkas. Cerpen biasanya hanya mengisahkan cerita pendek tentang permasalahan yang dialami satu tokoh saja. Teks cerpen itu sendiri dibangun oleh beberapa unsur instrinsik, diantaranya Plot atau alur merupakan urutan peristiwa atau jalan cerita pada sebuah cerpen. Pada umumnya alur pada cerpen diawali dengan perkenalan, konflik masalah, lalu penyelesaian. Alur pada cerpen terdiri dari alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Gaya Bahasa merupakan ciri khas dari penulis saat menuliskan cerita pendek tersebut. Gaya bahasa ini bisa dibedakan dari penggunaan majas, diksi, dan pemilihan kalimat yang tepat di dalam cerpennya. Sudut pandang merupakan posisi pengarang saat menyampaikan cerita. Di dalam sebuah cerpen, terdapat sudut pandang sebagai orang pertama, sudut pandang orang kedua, dan sudut pandang orang ketiga. Ada juga sudut pandang dari penulis yang berasal dari sudut pandang orang yang berada di luar cerita. Amanat merupakan pesan moral atau pelajaran yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Pesan moral yang disampaikan biasanya dalam bentuk tersirat maupun tersurat. Penokohan merupakan cara penulis menentukan watak atau karakter dari tokoh tersebut. Adapun jenis perwatakan seorang tokoh dapat disampaikan melalui dialog, penjelasan narasi, atau penggambaran fisik tokoh tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, posisi pengarang saat menyampaikan cerita dalam cerpen disebut sudut pandang. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah pilihan C.
- Սуфεх ըбанο
- Ոኬекዩсвθ оթаቭеተէψа
- Αኅ ጺխтвуտо
- Егоր քицոቶ
- Берсοլու гу
Teaterini sangat menarik. Teater yang diperankan hanya dengan tiga orang ini bisa dikatakan sukses dan menampilkan yang terbaik. Dari segi keaktoran, semua pemain menerapkan teknik keaktoran, terlihat dari ekspresi, gesture, vokal, dan artikulasi yang baik dalam berdialog. Setiap pemain mampu memerankan dan menghayati sesuai dengan
Pada mulanya pementasan teater tidak mengenal sutradara. Pementasan teater muncul dari sekumpulan pemain yang memiliki gagasan untuk mementaskan sebuah cerita. Kemudian mereka berlatih dan memainkkannya di hadapan penonton. Sejalan dengan kebutuhan akan pementasan teater yang semakin meningkat, maka para aktor memerlukan peremajaan pemain. Para aktor yang telah memiliki banyak pengalaman mengajarkan pengetahuannya kepada aktor muda. Proses mengajar dijadikan tonggak awal lahirnya “sutradara”. Dalam terminologi Yunani sutradara director disebut didaskalos yang berarti guru dan pada abad pertengahan di seluruh Eropa istilah yang digunakan untuk seorang sutradara dapat diartikan sebagai master. Istilah sutradara seperti yang dipahami dewasa ini baru muncul pada jaman Geroge II. Seorang bangsawan duke dari Saxe-Meiningen yang memimpin sebuah grup teater dan menyelenggarakan pementasan keliling Eropa pada akhir tahun 1870-1880. Dengan banyaknya jumlah pentas yang harus dilakukan, maka kehadiran seorang sutradara yang mampu mengatur dan mengharmonisasikan keseluruhan unsur artistik pementasan dibutuhkan. Meskipun demikian, produksi pementasan teater Saxe-Meiningen masih mengutamakan kerja bersama antarpemain yang dengan giat berlatih untuk meningkatkan kemampuan berakting mereka Robert Cohen, 1994. Model penyutradaraan seperti yang dilakukan oleh George II diteruskan pada masa lahir dan berkembangnya gaya realisme. Andre Antoine di Perancis dengan Teater Libre serta Stansilavsky di Rusia adalah dua sutradara berbakat yang mulai menekankan idealisme dalam setiap produksinya. Max Reinhart mengembangkan penyutradaraan dengan mengorganisasi proses latihan para aktor dalam waktu yang panjang. Gordon Craig merupakan seorang sutradara yang menanamkan gagasannya untuk para aktor sehingga ia menjadikan sutradara sebagai pemegang kendali penuh sebuah pertunjukan teater Herman J. Waluyo, 2001. Berhasil tidaknya sebuah pertunjukan teater mencapai takaran artistik yang diinginkan sangat tergantung kepiawaian sutradara. Dengan demikian sutradara menjadi salah satu elemen pokok dalam teater modern. Oleh karena kedudukannya yang tinggi, maka seorang sutradara harus mengerti dengan baik hal-hal yang berhubungan dengan pementasan. Oleh karena itu, kerja sutradara dimulai sejak merencanakan sebuah pementasan, yaitu menentukan lakon. Setelah itu tugas berikutnya adalah menganalisis lakon, menentukan pemain, menentukan bentuk dan gaya pementasan, memahami dan mengatur blocking serta melakukan serangkaian latihan dengan para pemain dan seluruh pekerja artistik hingga karya teater benar-benar siap untuk dipentaskan. 1. Menentukan Lakon Proses atau tahap pertama yang harus dilakukan oleh sutradara adalah menentukan lakon yang akan dimainkan. Sutradara bisa memilih lakon yang sudah tersedia naskah jadi karya orang lain atau membuat naskah lakon sendiri. Naskah Jadi Mementaskan teater dengan naskah yang sudah tersedia memiliki kerumitan tersendiri terutama pada saat hendak memilih naskah yang akan dipentaskan. Nskah tersebut harus memenuhi kreteria yang diinginkan serta sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Ada beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan oleh sutradara dalam memilih naskah, seperti tertulis di bawah ini. x Sutradara menyukai naskah yang dipilih. Jika sutradara memilih naskah yang akan ditampilkan dalam keadaan terpaksa maka bisa dipastikan hasil pementasan menjadi kurang baik. Naskah yang tidak dikehendaki akan membawa pengaruh dan masalah tersendiri bagi sutradara dalam mengerjakannya, seperti analisis yang kurang detil, pemilihan pemain yang asal-asalan, keseluruhan kerja menjadi tidak optimal. x Sutradara merasa mampu mementaskan naskah yang telah dipilih. Mampu mementaskan sebuah naskah tentunya tidak hanya berkaitan dengan kecakapan sutradara, tetapi juga dengan unsur pendukung yang lain. Semua sumber daya dimiliki seperti pemain, penata artsitik, dan pendanaan menjadi pertimbangan dalam memilih naskah yang akan dipentaskan. x Sutradara wajib mempertimbangkan sisi pendanaan secara khusus. Beberapa naskah yang baik terkadang memiliki konsekuensi logis dengan pendanaan. Misalnya, naskah yang dipilih memoiliki latar cerita di rumah mewah dengan segala perabot yang indah. Hal ini membawa dampak tersendiri dalam bidang pendanaan. Jika sutradara merasa mampu mengusahakan pendanaan secara optimal untuk mewujudkan tuntutan artistik lakon, maka naskah tersebut bisa dipilih. Jika tidak, sutradara harus mampu melakukan adaptasi sehingga pendanaan bisa dikurangi tanpa mengurangi nilai artistik lakon. x Sutradara mampu menemukan pemain yang tepat. Naskah lakon yang baik tidak ada gunanya jika dimainkan oleh aktor yang kurang baik. Oleh karena itu, sutradara harus mampu mengukur kualitas sumber daya pemain yang dimiliki dalam menentukan naskah yang akan dipentaskan. x Sutradara mampu tetap mementaskan naskah yang dipilih. Tidak ada gunanya berlatih naskah lakon tertentu dalam waktu lama jika di tengah proses tiba-tiba hal itu terhenti karena alasan tertentu. Sutradara dengan segenap kemampuannya harus mampu meyakinkan pemain dan mengusahakan pertunjukan agar tetap digelar sehingga proses yang telah dilakukan tidak menjadi sia-sia. Membuat Naskah Sendiri Membuat naskah lakon sendiri tidak menguntungkan karena akan memperpanjang proses pengerjaan. Akan tetapi berkenaan dengan sumber daya yang dimiliki, membuat naskah sendiri dapat menjadi pilihan yang tepat. Untuk itu, sutradara harus mampu membuat naskah yang sesuai dengan kualitas sumber daya yang ada. Naskah semacam ini bersifat situasional, tetapi semua orang yang terlibat menjadi senang karena dapat mengerjakannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Beberapa langkah di bawah ini dapat dijadikan acuan untuk menulis naskah lakon. x Menentukan tema. Tema adalah gagasan dasar cerita atau pesan yang akan disampaikan oleh pengarang kepada penonton. Tema, akan menuntun laku cerita dari awal sampai akhir. Misalnya tema yang dipilih adalah “kebaikan akan mengalahkan kejahatan”, maka dalam cerita hal tersebut harus dimunculkan melalui aksi tokoh-tokohnya sehingga penonton dapat menangkap maksud dari cerita bahwa sehebat apapun kejahatan pasti akan dikalahkan oleh kebaikan. x Menentukan persoalan. Persoalan atau konflik adalah inti dari cerita teater. Tidak ada cerita teater tanpa konflik. Oleh karena itu pangkal persoalan atau titik awal konflik perlu dibuat dan disesuaikan dengan tema yang dikehendaki. Misalnya dengan tema “kebaikan akan mengalahkan kejahatan”, pangkal persoalan yang dibicarakan adalah sikap licik seseorang yang selalu memfitnah orang lain demi kepentingannya sendiri. Persoalan ini kemudian diikembangkan dalam cerita yang hendak dituliskan. x Membuat sinopsis ringkasan cerita. Gambaran cerita secara global dari awal sampai akhir hendaknya dituliskan. Sinopsis digunakan pemandu proses penulisan naskah sehingga alur dan persoalan tidak melebar. Dengan adanya sinopsis maka penulisan lakon menjadi terarah dan tidak mengada-ada. x Menentukan kerangka cerita. Kerangka cerita akan membingkai jalannya cerita dari awal sampai akhir. Kerangka ini membagi jalannya cerita mulai dari pemaparan, konflik, klimaks sampai penyelesaian. Dengan membuat kerangka cerita maka penulis akan memiliki batasan yang jelas sehingga cerita tidak berteletele. William Froug 1993 misalnya, membuat kerangka cerita skenario dengan empat bagian, yaitu pembukaan, bagian awal, tengah, dan akhir. Pada bagian pembukaan memaparkan sketsa singkat tokoh-tokoh cerita. Bagian awal adalah bagian pengenalan secara lebih rinci masing-masing tokoh dan titik konflik awal muncul. Bagian tengah adalah konflik yang meruncing hingga sampai klimaks. Pada bagian akhir, titik balik cerita dimulai dan konflik diselesaikan. Riantiarno 2003, sutradara sekaligus penulis naskah Teater Koma, menentukan kerangka lakon dalam tiga bagian, yaitu pembuka yang berisi pengantar cerita atau sebab awal, isi yang berisi pemaparan, konflik hingga klimaks, dan penutup yang merupakan simpulan cerita atau akibat. x Menentukan protagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang membawa laku keseluruhan cerita. Dengan menentukan tokoh protagonis secara mendetil, maka tokoh lainnya mudah ditemukan. Misalnya, dalam persoalan tentang kelicikan, maka tokoh protagonis dapat diwujudkan sebagi orang yang rajin, semangat dalam bekerja, senang membantu orang lain, berkecukupan, dermawan, serta jujur. Semakin detil sifat atau karakter protagonis, maka semakin jelas pula karakter tokoh antagonis. Dengan menulis lawan dari sifat protagonis maka karakter antagonis dengan sendirinya terbentuk. Jika tokoh protagonis dan antagonis sudah ditemukan, maka tokoh lain baik yang berada di pihak protagonis atau antagonis akan mudah diciptakan. x Menentukan cara penyelesaian. Mengakhiri sebuah persoalan yang dimunculkan tidaklah mudah. Dalam beberapa lakon ada cerita yang diakhiri dengan baik tetapi ada yang diakhiri secara tergesa-gesa, bahkan ada yang bingung mengakhirinya. Akhir cerita yang mengesankan selalu akan dinanti oleh penonton. Oleh karena itu tentukan akhir cerita dengan baik, logis, dan tidak tergesa-gesa. x Menulis. Setelah semua hal disiapkan maka proses berikutnya adalah menulis. Mencari dan mengembangkan gagasan memang tidak mudah, tetapi lebih tidak mudah lagi memindahkan gagasan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, gunakan dan manfaatkan waktu sebaik mungkin. Lakon Menganalisis lakon adalah salah satu tugas utama sutradara. Lakon yang telah ditentukan harus segera dipelajari sehingga gambaran lengkap cerita didapatkan. Dengan analisis yang baik, sutradara akan lebih mudah menerjemahkan kehendak pengarang dalam pertunjukan. Analisis Dasar Analisis dasar adalah telaah unsur-unsur pokok yang membentuk lakon. Dalam proses analisis ini, sutradara memepelajari seluruh isi lakon dan menangkap gambaran lengkap lakon seperti apa yang tertulis. Jadi, dalam tahap ini sutradara hanya membaca kehendak pengarang melalui lakonnya. Unsur-unsur pokok yang harus dianalisis oleh sutradara adalah senagai berikut. x Pesan Lakon. Merupakan bahan komunikasi utama yang hendak disampaikan kepada penonton. Berhasil atau tidaknya sebuah pertunjukan teater diukur dari sampai tidaknya pesan lakon kepada penonton. Oleh karena itu, sutradara wajib menemukan pesan utama dari lakon yang telah ditentukan. Apa yang hendak disampaikan oleh pengarang melalui naskah lakon disebut pesan. Romeo and Juliet karya Shakespeare mengandung pesan bahwa seseorang yang telah menemukan cinta sejati tidak takut terhadap risiko apapun termasuk mati. Pesan ini ingin disampaikan oleh pengarang dengan akhir yang tragis dimana tokoh Romeo dan Juliet akhirnya mati bersama. Dinamika percintaan Romeo dan Juliet yang berakhir dengan kematian inilah yang harus ditekankan oleh sutradara kepada penonton. x Konflik dan Penyelesaian. Penting mengetahui dasar persoalan konflik dalam sebuah lakon karena hal tersebut akan membawa laku aksi para tokohnya. Di bagian mana konflik itu muncul dan bagaimana aksi dan reaksi para tokohnya, pada bagian mana konflik itu memuncak, dan pada akhirnya bagaimana konflik itu diselesaikan. Semua ini akan memberi sudut pandang bagi sutradara dalam melihat, menilai, dan memahami konflik lakon. Selain itu sudut pandang pengarang dalam menyelesaikan konflik dapat menegaskan pesan yang hendak disampaikan. x Karakter Tokoh. Analisis karakter tokoh sangat penting dan harus dilakukan secara mendetil agar sutradara mendapatkan gambaran watak sejelas-jelasnya. Karena tidak banyak arahan dan keterangan yang dituliskan mengenai karakter tokoh dalam sebuah lakon, maka sutradara harus menggalinya melalui kalimat-kalimat dialog. Perjalanan sebuah karakter terkadang tidak mengalami perubahan yang berarti tetapi beberapa tokoh dalam lakon biasanya protagonis dan antagonis bisa saja mengalami perubahan. Oleh karena itu analisis karakter ini harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati sehingga setiap perubahan karakter yang dialami oleh tokoh tidak lepas dari pengamatan sutradara. x Latar Cerita. Gambaran tempat kejadian, peristiwa, dan waktu kejadian harus diungkapkan dengan jelas karena hal ini berkaitan dengan tata artistik. Untuk mewujudkan keadaan peristiwa seperti dikehendaki lakon di atas panggung maka informasi yang jelas mengenai latar cerita harus didapatkan. Misalnya, gambaran tempat kejadian persitiwa adalah di sebuah gedung maka harus dijelaskan apakah terjadi di sebuah gedung megah, sederhana atau mewah. Apakah gedung tersebut merupakan gedung pertemuan, dewan kota, museum, atau gedung pertunjukan. Di gedung tersebut cerita terjadi di ruang aula, teras gedung, dapur umum, atau di salah satu ruang khusus. Arsitektur gedung itu apakah menggunakan arsitektur kolonial, gaya spanyol, atau ciri khas daerah tertentu. Intinya informasi sekecil apapun harus didapatkan. Hal ini berlaku juga untuk latar peristiwa dan waktu. Semua informasi dikumpulkan dan diseleksi untuk kemudian diwujudkan dalam pementasan. Dengan demikian penonton akan mendapatkan gambaran yang jelas latar cerita yang dimainkan. Interpretasi Setelah menganalisis lakon dan mendapatkan informasi lengkap mengenai lakon, maka sutradara perlu melakukan tafsir atau interpretasi. Berdasarkan hasil analisis, sutradara memberi sentuhan dan atau penyesuaian artistik terhadap lakon yang akan dipentaskan. Proses ini bisa disebut sebagai proses asimilasi perpaduan antara gagasan sutradara dan pengarang. Seorang sutradara sebetulnya boleh tidak melakukan interpretasi terhadap lakon, artinya, ia hanya sekedar melakukan apa yang dikehendaki oleh lakon apa adanya sesuai dengan hasil analisis. Akan tetapi sangat mungkin seorang sutradara memiliki gagasan astistik tertentu yang akan ditampilkan dalam pementasan setelah menganalisa sebuah lakon. Proses interpretasi biasanya menyangkut unsur latar, pesan, dan penokohan. x Latar. Adaptasi terhadap tempat kejadian peristiwa sering dilakukan oleh sutradara. Secara teknis hal ini berkaitan dengan sumber daya yang dimiliki. Misalnya, dalam lakon mengehendaki tempat kejadian di sebuah apartemen yang mewah, tetapi karena ketersediaan sumber daya yang kurang memadahi maka bentuk penampilan apartemen mewah disesuaikan. Secara artistik, sutradara dapat menafsirkan tempat kejadian secara simbolis. Misalnya, apartemen mewah disimbolkan sebagai pusat kekuasaan maka tata panggungnya disesuaikan dengan simbolisasi tersebut. Ketika adaptasi ini dilakukan maka unsur-unsur lain pun seperti tata rias dan busana akan ikut terkait dan mengalamu penyesuaian. Penyesuaian inipun berkaitan langsung dengan latar waktu dan peristiwa. Jika apartemen disimbolkan sebagai pusat kekuasaan maka peristiwa yang terjadi di dalamnya juga harus mengikuti simbolisasi ini sedangkan latar waktunya bisa ditarik ke masa lalu atau masa kini seperti yang dikehendaki oleh sutradara. Oleh karena itulah pentas teater dengan lakonlakon yang sudah berusia lama seperti Oedipus, Antigone, Romeo and Juliet masih aktual dipentaskan sekarang ini. x Pesan. Hal yang paling menarik mengenai penyampaian pesan kepada penonton adalah caranya. Cara menyampaikan pesan antara sutradara satu dengan yang lain bisa berbeda meskipun lakon yang dipentaskan sama. Cara menyampaikan pesan ini menjadi titik tafsir lakon yang penting karena pesan inilah inti dari keseluruhan lakon. Untuk menekankan pesan yang dimaksud ada sutradara yang memberi penonjolan pada tata artistik, misalnya warna-warna yang digunakan di atas panggung. Ada juga sutradara yang menonjolkan laku aksi aktor di atas pentas sehingga adegan dibuat dan dikerjakan secara detil. Masing-masing cara penonjolan pesan ini mempengaruhi unsur-unsur lain dalam pementasan. Dengan demikian sutradara harus benar-benar memikirkan cara menyampaikan pesan lakon dengan mempertimbangkan unsur-unsur lakon dan sumber daya yang dimiliki. x Penokohan. Tafsir ulang terhadap tokoh lakon paling sering dilakukan. Hal ini biasanya berkaitan dengan isu atau topik yang sedang hangat terjadi di masyarakat. Tafsir ulang tokoh tidak hanya sekedar mengubah nama dan menyesuaikan bentuk penampilan fisik, tetapi juga mental, emosi, dan keseluruhan watak tokoh. Misalnya, sebuah lakon yang tokohtokohnya memiliki latar belakang budaya Eropa hendak diadaptasi ke dalam budaya Indonesia. Banyak hal yang harus dilakukan selain mengganti nama dan penampilan fisik, yaitu cara berbicara, gaya berjalan, tata krama, pandangan hidup, takaran emosi dan cara berpikir. Semuanya memliki keterkaitan. Misalnya, dalam budaya Eropa orang bepikir secara bebas sementara orang Indonesia cenderung mempertimbangkan hal-hali lain tata krama, pranata sosial di luar hal utama yang dipikirkan. Hal ini mempengaruhi hasil pemikiran dan cara mengungkapkan hasil pikiran tersebut. Dengan demikian cara pandang sutradara terhadap keseluruhan lakon pun harus diubah atau mengalami penyesuaian. Konsep Pementasan Hasil akhir dari analisis naskah adalah konsep pementasan. Dalam konsep ini sutradara menjelaskan secara lengkap mengenai cara menyampaikan pesan yang berkaitah dengan pendekatan gaya pementasan dan pendekatan pemeranan serta memberikan gambaran global tata artistik. x Pendekatan gaya pementasan. Seniman teater dunia telah banyak berusaha melahirkan gaya pementasan. Dewasa ini hampir tidak bisa ditemukan gaya pementasan murni yang dihasilkan seorang sutradara atau pemikir teater. Setiap kelahiran gaya baru memiliki keterkaitan atau perlawanan terhadap gaya tertentu baca bagian sejarah teater. Oleh karena itu, hal yang paling bisa adalah mendekatkan gaya pementasan dengan gaya tertentu yang sudah ada. Istilah pendekatan di sini digunakan dalam arti sutradara tidak hanya sekedar melaksanakan sebuah gaya secara wantah utuh tetapi ada pengembangan atau penyesuaian di dalamnya. Untuk itu, sutradara harus memahami gaya-gaya pementasan. Dengan demikian pendekatan yang dilakukan tidak salah sasaran. Konvensi atau aturan main sebuah pertunjukan diungkapkan dalam poin ini, misalnya, karena menggunakan pendekatan gaya presentasional, maka bahasa dialog antaraktor menggunakan bahasa yang puitis. Gerak laku aktor distilisasi atau diperindah. Aktor boleh berbicara secara langsung kepada penonton. x Pendekatan pemeranan. Setelah menetapkan pendekatan gaya, maka metode pemeranan yang dilakukan perlu dituliskan. Hal ini sangat berguna bagi aktor. Metode akting berkaitan dengan pencapaian aktor standar sesuai dengan pendekatan gaya pementasannya. Misalnya, penggunaan bahasa puitis dengan sendirinya membuat aktor harus mau memahami dan melakukan latihan teknik-teknik membaca puisi agar dalam pengucapan dialog tidak seperti percakapan sehari-hari. Hal ini mempengaruhi bentuk dan gaya penampilan aktor dalam beraksi. Sutradara harus membuat metode tertentu dalam sesi latihan pemeranan untuk mencapai apa yang dinginkan. x Gambaran tata artistik. Secara umum, sutradara harus menuliskan gambaran pandangan tata artistiknya. Meski tidak secara mendetil, tetapi gambaran tata artisitk berguna bagi para desainer untuk mewujudkannya dalam desain. Jika sutradara mampu, maka ia bisa memberikan gambaran tata artistik melalui sketsa. Jika tidak, maka ia cukup menuliskannya. 3. Memilih Pemain Menentukan pemain yang tepat tidaklah mudah. Dalam sebuah grup atau sanggar, sutradara sudah mengetahui karakter pemainpemainnya anggota. Akan tetapi, dalam sebuah grup teater sekolah yang pemainnya selalu berganti atau kelompok teater kecil yang membutuhkan banyak pemain lain sutradara harus jeli memilih sesuai kualifikasi yang dinginkan. Grup teater tradisional biasanya memilih pemain sesuai dengan penampilan fisik dengan ciri fisik tokoh lakon, misalnya dalam wayang orang atau ketoprak. Akan tetapi, dalam teater modern, memilih pemain biasanya berdasar kecapakan pemain tersebut. Fisik Penampilan fisik seorang pemain dapat dijadikan dasar menentukan peran. Biasanya, dalam lakon yang gambaran tokohnya sudah melekat di masyarakat, misalnya tokoh-tokoh dalam lakon pewayangan, penentuan pemain berdasar ciri fisik ini menjadi acuan utama. x Ciri Wajah. Berkaitan langsung dengan penampilan mimik aktor. Meskipun kekurangan wajah bisa ditutupi dengan tata rias, tetapi ciri wajah pemain harus diusahakan semirip mungkin dengan ciri wajah tokoh dalam lakon. Hal ini dianggap dapat mampu melahirkan ekspresi wajah yang natural. Misalnya, dalam cerita Kabayan, maka pemain harus memiliki ciri wajah yang tampak tolol. x Ukuran Tubuh. Dalam kasus tertentu, ukuran tubuh merupakan harga mati bagi sebuah peran. Misalnya, dalam wayang wong, tokoh Bagong memiliki ukuran tubuh tambun gemuk, maka pemain yang dipilih pun harus memiliki tubuh gemuk. Tidak masuk akal jika Bagong tampil dengan tubuh kurus. x Tinggi Tubuh. Hal ini juga sama dengan ukuran tubuh. Tokoh Werkudara Bima harus diperankan oleh orang yang bertubuh tinggi besar. Sutradara akan diprotes oleh penonton jika menampilkan Bima bertubuh kurus dan pendek, karena tidak sesuai dengan karakter dan akan menyalahi laku lakon secara keseluruhan. x Ciri Tertentu. Ciri fisik dapat pula dijadikan acuan untuk menentukan pemain. Misalnya, dalam ketoprak, seorang yang tinggi tapi bungkuk dianggap tepat memainkan peran pendeta. Seorang yang memiliki kumis, janggut, dan brewok tebal cocok diberi peran sebagai warok atau jagoan. Kecakapan Menentukan pemain berdasar kecapakan biasanya dilakukan melalui audisi. Meskipun dalam khasanah teater modern, sutradara dapat menilai kecakapan pemain melalui portofolio tetapi proses audisi tetap penting untuk menilai kecakapan aktor secara langsung. x Tubuh. Kesiapan tubuh seorang pemain merupakan faktor utama. Tidak ada gunanya seorang aktor bermain dengan baik jika fisiknya lemah. Dalam sebuah produksi yang membutuhkan latihan rutin dan intens dalam kurun waktu yang lama ketahanan tubuh yang lemah sangatlah tidak menguntungkan. Untuk menilai kesiapan tubuh pemain, maka latihan katahanan tubuh dapat diujikan. x Wicara. Kemampuan dasar wicara merupakan syarat utama yang lain. Dalam teater yang menggunakan ekspresi bahasa verbal kejelasan ucapan adalah kunci ketersampaian pesan dialog. Oleh karena itu pemain harus memiliki kemampuan wicara yang baik. Penilaian yang dapat dilakukan adalah penguasan, diksi, intonasi, dan pelafalan yang baik. Dengan memberikan teks bacaan tertentu, calon aktor dapat dinilai kemampuan dasar wicaranya. x Penghayatan. Menghayati sebuah peran berarti mampu menerjemahkan laku aksi karakter peran dalam bahasa verbal dan ekspresi tubuh secara bersamaan. Untuk menilai hal ini, sutradara dapat memberikan penggalan adegan atau dialog karakter untuk diujikan. Calon aktor, harus mampu menyajikannya dengan penuh penghayatan. Untuk menguji lebih mendalam sutrdara juga dapat memberikan penggalan dialog karakter lain dengan muatan emosi yang berbeda. x Kecakapan lain. Kemampuan lain selain bermain peran terkadang dibutuhkan. Misalnya, seorang calon aktor yang memiliki kemampuan menari, menyanyi atau bermain musik memiliki nilai lebih. Mungkin dalam sebuah produksi ia tidak memenuhi kriteria sebagai pemain utama, tetapi bisa dipilih sebagai seorang penari latar dalam adegan tertentu. Untuk itu, portofolio sangat penting bagi seorang aktor profesional. Catatan prestasi dan kemampuan yang dimiliki hendaknya ditulis dalam portofolio sehingga bisa menjadi pertimbangan sutradara. 4. Menentukan Bentuk dan Gaya Pementasan Bentuk dan gaya pementasan membingkai keseluruhan penampilan pementasan. Penting bagi sutradara untuk menentukan dengan tepat bentuk dan gaya pementasan. Bentuk dan gaya yang dipilih secara serampangan akan mempengaruhi kualitas penampilan. Kehatihatian dalam memilih bentuk dan gaya bukan saja karena tingkat kesulitan tertentu, tetapi latar belakang pengetahuan dan kemampuan sutradara sangat menentukan. Di bawah ini akan dibahas bentuk dan gaya pementasan menurut penuturan cerita, bentuk penyajian, dan gaya penyajian. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan serta membutuhkan kecakapan sutradara dalam bidang tertentu untuk melaksanakannya. Menurut Penuturan Cerita Ada dua jenis pertunjukan teater menurut penuturan ceritanya, yaitu berdasar naskah lakon dan improvisasi. Teater tradisional biasanya memilih imporivisasi karena semua pemain telah memahami dengan baik cerita yang akan dilakonkan dan karakter tokoh yang akan diperankan. Sebaliknya, teater modern menggunakan naskah lakon sebagai sumber penuturan. Meskipun beberapa kelompok teater modern tertentu memperbolehkan improvisasi biasanya lakon komedi situasi tetapi sumber utama dialognya diambil dari naskah lakon. Berdasar Naskah Lakon Mementaskan teater berdasarkan naskah lakon menjadi ciri umum teater modern. Hal ini memiliki kelebihan tersendiri, di antaranya adalah sebagai berikut. x Durasi waktu dapat ditentukan dengan pasti. Karena dialog peran sudah ditentukan dan tidak boleh ditambah atau dikurangi maka durasi pementasan dapat ditentukan. Dari serangkaian latihan yang dikerjakan secara rutin dan kontinyu ditambah dengan unsur artistik dan teknis maka lamanya pertunjukan teater berdasar naskah dapat ditetapkan. Bahkan dalam produksi teater profesional yang semuanya dirancang dengan baik, lamanya adegan, perpindahan antaradegan, dan tanda keluar-masuk ilustrasi musik atau pencahayaan ditentukan waktunya sehingga setiap detik sangat berharga dan menentukan berhasil tidaknya pertunjukan tersebut. x Arahan dialog sudah ada. Sutradara tidak perlu menambah atau mengurangi dialog yang sudah tertulis dalam lakon kecuali punya keinginan mengadaptasinya. Tugas aktor adalah menghapalkan dialog tersebut dan mengucapkannya dalam pementasan. Dalam lakon terkadang arahan emosi berkaitan dengan dialog juga dituliskan sehingga sutrdara lebih mudah dalam memantau emosi tokoh yang diperankan aktor. x Arahan laku permainan dapat ditemukan dalam naskah. Dengan mempelajari naskah, arahan laku permainan dari awal sampai akhir dapat ditemukan. Dengan demikian, sutradara mudah dalam membuat perencanaan blocking. x Konflik dan penyelesaian tidak bekembang. Karena tidak ada impovisasi, maka konflik dan penyelesaian lakon pasti. x Fokus permasalahan telah ditentukan. Sutradara menjadi mudah menentukan penekanan permasalahan lakon. Pengembangan yang dilakukan hanyalah persoalan sudut pandang. x Gambaran bentuk latar kejadian dapat ditemukan dalam naskah. Lakon telah menyediakan gambaran lengkap laku perisitiwa melalui dialog tokoh-tokohnya. Gambaran ini sangat penting bagi sutradara untuk mewujudkannya di atas pentas. Kalaupun hendak melakukan adaptasi atau penyesuaian, sutradara telah mendapatkan gambarannya. Di samping kelebihan tersebut di atas, pementasan teater berdasar naskah lakon juga memiliki kekurangan dan problem tersendiri. x Jika sumber daya yang dimiliki tidak sesuai dengan kehendak lakon harus dilakukan adaptasi. Hal ini perlu dilakukan. Jika memaksakan kehendak harus sesuai dengan gagasan lakon, maka kerja sutradara akan semakin keras. Tergantung dari kekurangan sumber daya yang dimiliki. Jika sumber daya manusia aktor yang kurang, maka sutradara memerlukan waktu ekstra untuk membimbing para aktornya. Jika sumber dana yang kurang maka tim poruduksi harus berusaha keras untuk memenuhi tuntutan tersebut. Jika hendak menyesuaikan dengan ketersediaan sumber daya, maka adaptasi lakon harus dilakukan. Sutradara perlu meluangkan waktu untuk melakukannya. x Kreativitas aktor terbatas. Dengan ditentukannya arah laku maka kreativitas aktor di atas panggung menjadi terbatas. Meskipun secara artistik tidak masalah, tetapi karya teater menjadi karya sutradara. Aktor tidak memiliki kebebasan penuh selain menerjemahkan konsep artistik sutradara. x Tidak memungkinkan pengembangan cerita. Cerita yang telah dituliskan oleh pengarang harus ditaati. Setuju atau tidak setuju terhadap cerita, konflik, dan penyelesaian konflik, sutradara harus mengikutinya. Jika sutradara hendak mengembangkan cerita, konflik dan mengubah cara penyelesaian, ia harus mendapatkan ijin dari penulis naskah lakon. Jika ia tetap melakukannya, maka sutradara telah melanggar kode etik dan hak karya artistik. Jika naskah lakon tersebut telah dipublikasikan dalam bentuk buku dan memiliki hak cipta maka sutradara bisa dituntut di muka hukum. Improvisasi Mementaskah teater secara improvisasi memiliki keunikan tersendiri. Sutradara hanya menyediakan gambaran cerita selanjutnya aktor yang mengembangkannya dalam permainan. Beberapa kelebihan pentas teater improvisasi adalah; x Kreativitas sutradara dan aktor dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Sutradara dapat mengembangkan cerita dengan bebas dan aktor dapat mengembangkan kemungkinan gaya permainan dengan bebas pula. Dalam proses latihan terkadang sutradara mendapat inspirasi dari laku aksi pemain demikian pula sebaliknya. Dengan berkembangnya cerita maka aktor mendapatkan arahan laku lain yang bisa dicobakan. x Arahan laku terbuka. Oleh karena tidak ada petunjuk arah laku yang jelas, maka aktor dapat mengembangkannya. Terkadang hal ini dapat menimbulkan efek artistik yang alami dan menarik. x Konflik dan sudut pandang penyelesaian bisa dikembangkan. Sifat teater improvisasi yang terbuka memungkinkan pengembangan konflik dan penyelesaian. Dalam teater tradisional, mereka biasanya menerima pesan tertentu dari penyelenggara. Pesan ini dengan luwes dapat diselipkan dalam lakon. Terkadang untuk menyampaikan pesan titipan tersebut konflik minor baru dimunculkan. Setelah konflik ini diselesaikan dengan cara yang khas dan lucu maka cerita kembali ke konflik semula. x Memungkinkan percampuran bentuk gaya. Dalam teater improvisasi gaya pementasan juga terbuka. Misalnya, dalam pertunjukan ketoprak sebuah adegan dilakukan mengikuti kaidah gaya presentasional adegan Istana, tetapi di adegan lain menggunakan gaya realis adegan dagelan. Pencampuran gaya ini dimaksudkan untuk memenuhi selera penonton. x Cerita bisa disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki. Salah satu kelebihan utama teater improvisasi adalah cerita dan pemeran dapat dibuat berdasarkan sumber daya yang dimiliki. Jika banyak pemain yang bisa melucu maka cerita komedi akan efektif, tetapi jika jumlah pemain yang memiliki kemampuan laga banyak, maka cerita penuh aksi dapat dijadikan pilihan. Kemampuan sumber daya ini bisa dijadikan strategi untuk membuat pertunjukan menarik dan memiliki ciri khas tertentu. Di balik semua kelebihan di atas, teater improvisasi juga memiliki kekurangan yang patut diperhatikan oleh sutradara. x Durasi waktu tidak tertentu. Oleh karena cerita bisa dikembangkan, maka durasi pementasan bisa berubah-ubah. Semua tergantung dari improvisasi aktor di atas pentas. Sutradara bisa memotong sebuah adegan yang berjalan cukup lama dengan membunyikan tanda agar musik dimainkan dan adegan segera diselesaikan. Kekurangan dari pemotongan adegan ini adalah jika inti dialog persoalan belum sempat terucapkan maka inti dialog harus diucapkan pada adegan berikutnya. x Improvisasi dialog tidak berimbang. Dalam sebuah grup teater, kemampuan setiap aktor pasti tidak sama. Oleh karena itu, jika sutradara tidak jeli memahami hal ini, bisa jadi ia memasangkan aktor yang memilliki kemampuan tak berimbang dalam improvisasi. Akibatnya, dalam adegan tersebut aktor yang satu terlalu aktif dan yang lain pasif. Jika hal ini terjadi cukup lama, maka akan membosankan. x Kualitas dialog tidak dapat distandarkan. Karena tidak ada arahan dialog yang baku, maka kualitas dialog tidak bisa distandarkan. Bagi aktor yang memiliki kemampuan sastra memadai tidak jadi masalah, tetapi bagi aktor yang kualitas sastranya pas-pasan hal ini menjadi masalah besar. Untuk itu, meskipun improvisasi, latihan adegan tetap harus sering dilakukan. x Kemungkinan aktor melakukan kesalahan lebih besar. Sifat akting adalah aksi dan reaksi. Jika seorang aktor beraksi, maka aktor lawan mainnya harus bereaksi. Karena arahan laku yang terbuka maka reaksi ucapan sering dilakukan spontan dan belum tentu benar. Di samping itu, kesalahan ucap atau penyampaian informasi tertentu bisa saja salah karena memang tidak dicatat dan hanya diingat garis besarnya saja. x Sutradara tidak bisa sepenuhnya mengendalikan jalannya pementasan. Jika pementasan sudah berjalan, maka panggung sepenuhnya adalah milik aktor. Sutradara tidak bisa lagi mengendalikan jalannya pertunjukan. Aktor mengambil peran penuh. Karena sifatnya yang serba terbuka, aktor bisa mengembangkan cerita dan gaya permainan di atas pentas dan sutradara tidak bisa lagi mengarahkan secara langung. Jika dalam teater berbasis naskah, lakon sebagai pengendali cerita maka dalam teater imrpovisasi aktor harus mampu mengendalikan jalannya cerita. Menurut Bentuk Penyajian Banyaknya pilihan bentuk penyajian pementasan teater membuat sutradara harus jeli dalam menentukannya. Jika tidak, sutradara akan kerepotan sendiri. Oleh karena setiap bentuk penyajian memiliki kekhasan dan membutuhkan prasyarat tertentu yang harus dipenuhi, maka sutradara wajib mempelajari dan memahami langkah-langkah dalam melaksanakannya. Teater Gerak Teater gerak lebih banyak membutuhkan ekspresi gerak tubuh dan mimik muka daripada wicara. Pesan yang tidak disampaikan secara verbal membutuhkan keahlian tersendiri untuk mengelolanya. Di bawah ini beberapa langkah yang bisa diambil oleh sutradara dalam menggarap teater gerak x Sutradara mampu mengeksplorasi dan menciptakan gerak. Simbol dan makna yang disampaikan melalui gerak harus dikerjakan dengan teliti. Jika tidak, maka maknanya akan kabur. Sutrdara harus mampu mengeksplorasi dan menciptakan gerak sesuai dengan makna pesan yang hendak disampaikan. x Memahami komposisi dan koreografi. Karena bekerja dengan gerak, maka teori komposisi dan koreografi dasar wajib dimiliki oleh sutradara. Penataan gerak tidak bisa dikerjakan dengan serampangan, harus mempertimbangkan makna pesan, suasana, dan terutama musik ilustrasinya. Untuk mendukung rangkaian gerak yang telah diciptakan, pengaturan pemain perlu dilakukan. Meskipun rangkaian gerak yang dihasilkan sangat indah, tetapi jika komposisi tata letak pemainnya tidak berubah akan melahirkan kejenuhan. x Mewujudkan bahasa dalam simbol gerak. Mengubah bahasa dalam simbol gerak tidaklah mudah. Apalagi jika sudah menyangkut makna. Oleh karena itu, sutradara harus bisa mewujudkan bahasa verbal dalam simbol gerak. x Mewujudkan ekspresi melalui mimik para aktor. Ekspresi emosi atau karakter peran harus bisa diwujudkan melalui mimik para aktor. Oleh karena keterbatasan bahasa verbal dalam pertunjukan teater gerak, maka ekspresi mimik menjadi sangat penting. x Mengerti musik ilustrasi. Meskipun tidak bisa memainkan musik, sutradara teater gerak harus mengerti kaidah musik ilustrasi. Kapan musik mengikuti gerak pemain, kapan pemain harus menyesuaikan dengan alunan musik, kapan musik hadir sebagai latar suasana, dan perbedaannya harus dimengerti oleh sutradara. x Jika pemain dalam jumlah banyak, maka pengaturan blocking harus lebih teliti. Jumlah pemain yang banyak menimbulkan persoalan tersendiri, terutama menyangkut komposisi. Jika tidak pintar mengelola, maka banyaknya jumlah pemain justru akan memenuhi panggung dan membuat suasana menjadi sesak. Menempatkan pemain dalam posisi dan gerak yang tepat akan membuat pertunjukan semakin menarik. Jika jumlah pemain banyak dan harus bergerak secara serempak, maka dianjurkan untuk mengkreasi gerak sederhana yang mudah dilakukan. Jika gerak terlalu sulit, maka irama rampak gerak yang diharapkan bisa kacau. x Jika pemain sedikit maka motif gerak harus lebih variatif. Jumlah pemain bisa disiasati dengan menambah perbendaharaan gerak. Motif gerak yang kaya akan membuat tampilan menjadi variatif dan menyegarkan. Blocking Sutradara diwajibkan memahami cara mengatur pemain di atas pentas. Bukan hanya akting tetapi juga blocking. Secara mendasar blocking adalah gerakan fisik atau proses penataan pembentukan sikap tubuh seluruh aktor di atas panggung. Blocking dapat diartikan sebagai aturan berpindah tempat dari titik area satu ke titik area yang lainnya bagi aktor di atas panggung. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka perlu diperhatikan agar blocking yang dibuat tidak terlalu rumit, sehingga lalulintas aktor di atas panggung berjalan dengan lancar. Jika blocking dibuat terlalu rumit, maka perpindahan dari satu aksi menuju aksi yang lain menjadi kabur. Yang terpenting dalam hal ini adalah fokus atau penekanan bagian yang akan ditampilkan. Fungsi blocking secara mendasar adalah sebagai berikut. x Menerjemahkan naskah lakon ke dalam sikap tubuh aktor sehingga penonton dapat melihat dan mengerti. x Memberikan pondasi yang praktis bagi aktor untuk membangun karakter dalam pertunjukan. x Menciptakan lukisan panggung yang baik. Dengan blocking yang tepat, kalimat yang diucapkan oleh aktor menjadi lebih mudah dipahami oleh penonton. Di samping itu, blocking dapat mempertegas isi kalimat tersebut. Jika blocking dikerjakan dengan baik, maka karakter tokoh yang dimainkan oleh para aktor akan tampak lebih hidup. Komposisi Komposisi dapat diartikan sebagai pengaturan atau penyusunan pemain di atas pentas. Sekilas komposisi mirip dengan blocking. Bedanya, blocking memiliki arti yang lebih luas karena setiap gerak, arah laku, perpindahan pemain serta perubahan posisi pemain dapat disebut blocking. Sedangkan komposisi, lebih mengatur posisi, pose, dan tinggirendah pemain dalam keadaan diam statis. Pengaturan posisi pemain seperti ini dilakukan agar semua pemain di atas pentas dapat dilihat dengan jelas oleh penonton. Ada dua ragam komposisi pemain, yaitu komposisi simetris dan komposisi asimetris yang ditata dengan mempertimbangkan keseimbangan. Simetris Komposisi simetris adalah komposisi yang membagi pemain dalam dua bagian dan menempatkan bagian-bagian tersebut dalam posisi yang benar-benar sama dan seimbang. Jika digambarkan komposisi ini mirip cermin. Bagian yang satu merupakan cerminan bagian yang lain. Di bawah ini adalah contoh komposisi simetris. Asimetris Komposisi asimetris tidak membagi pemain dalam dua bagian yang sama persis, tetapi membagi pemain dalam dua bagian atau lebih dengan tujuan memberi penonjolan penekanan bagian tertentu. Keseimbangan Dalam menata komposisi pemain di atas pentas hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah keseimbangan. Keseimbangan adalah pengaturan atau pengelompokan aktor di atas pentas yang ditata sedemikian rupa sehingga tidak menghasilkan ketimpangan. Hal ini diperlukan untuk memenuhi ruang dan menghindari komposisi aktor yang berat sebelah. Jika salah satu ruang dibiarkan kosong sementara ruang yang lain terisi penuh, maka hal ini akan menimbulkan pemandangan yang kurang menarik dan jika hal ini berlangsung lama, maka penonton akan menjadi jenuh. Fokus Dalam mengatur blocking, hal yang paling utama untuk diperhatikan sutradara adalah perhatian penonton. Setiap aktivitas, karakter, perubahan ekspresi dan aksi di atas pentas harus dapat ditangkap mata penonton dengan jelas. Oleh karena itu, pengaturan blocking harus mempertimbangkan pusat perhatian fokus penonton. Hal ini dapat dikerjakan dengan menempatkan pemain dalam posisi dan situasi tertentu sehingga ia lebih menonjol atau lebih kuat dari yang lainnya. Prinsip Dasar Pada dasarnya fokus adalah membuat pemain menjadi terlihat jelas oleh mata penonton. Oleh karena itu, prinsip-prinsip dasar di bawah ini dapat digunakan sebagai petunjuk dalam menempatkan posisi dan mengatur pose pemain. x Kurangilah menempatkan pemain dalam posisi menghadap lurus ke arah penonton atau menyamping penuh. Usahakan pemain menghadap diagonal kurang lebih 45 derajat ke arah penonton. Menghadap lurus ke arah penonton akan memberikan efek datar dan kurang memberikan dimensi kepada pemain, sedangkan menyamping penuh akan menyembunyikan bagian tubuh yang lain. Dengan menghadap secara diagonal, maka dimensi dan keutuhan tubuh pemain akan dilihat dengan jelas oleh mata penonton. x Jika pemain hendak melangkah, maka awali dan akhiri langkah tersebut dengan kaki panggung atas yang jauh dari mata penonton. Jika melangkah dengan kaki panggung bawah yang dekat dari mata penonton, maka kaki yang jauh akan tertutup dan wajah pemain secara otomatis akan menjauh dari mata penonton. Hal ini menjadikan gerak pemain kurang terlihat dengan jelas. Gambar di bawah memperlihatkan pemain yang melangkah menggunakan kaki panggung bawah dan kaki panggung atas. Pemain yang melangkah dengan kaki panggung atas tampak lebih luwes dan memberi keluasan pandangan bagi penonton x Gunakan lengan atau tangan panggung atas yang jauh dari mata penonton untuk menunjuk ke arah panggung atas dan gunakan lengan atau tangan panggung bawah yang dekat dengan mata penonton untuk menunjuk ke panggung bawah. Jika yang dilakukan sebaliknya, maka gerakan lengan dan tangan akan menutupi bagian tubuh lain. x Jangan pernah memegang benda atau piranti tangan di depan wajah ketika sedang berbicara, karena hal ini akan menutupi suara dan pandangan penonton. x Usahakan agar para aktor saling menatap berkontak mata pada saat mengawali dan mengakhiri dialog percakapan. Selebihnya, usahakan untuk berbicara kepada penonton atau kepada aktor lain yang berada di atas panggung. Membagi arah pandangan ini sangat penting untuk menegaskan dan memberi kejelasan ekspresi karakter kepada penonton. Teknik Marsh Cassady 1997 menyebutkan beberapa teknik untuk menciptakan fokus pemain di atas panggung, di antaranya dengan memanfaatkan area panggung, memanfaatkan tata panggung, trianggulasi, individu dan kelompok, serta kelompok besar. Memanfaatkan Area Panggung Dalam tata panggung, suatu area memiliki kekuatan berbeda dibanding area yang lain. Kekuatan dalam makna blocking di sini adalah, area yang lebih mudah mendapat perhatian mata penonton. Semua area panggung kelihatan sama jika dalam keadaan kosong, tetapi setelah para aktor hadir di dalamnya, maka segera perhatian penonton akan tertuju ke area tertentu yang lebih kuat dibanding area lain. Secara umum, area tengah, area terdekat dengan penonton, serta jarak area, dapat dimanfaatkan untuk menciptakan fokus. x Area tengah, secara natural lebih kuat jika dibandingkan dengan area di sisi kiri atau kanan. Pemain yang berada di tengah secara otomatis menjadi pusat perhatian penonton sementara pemain yang berada di sisi kanan dan kirinya seolaholah hadir sebagai penyeimbang. x Area terdekat dengan penonton lebih memiliki kekuatan dibanding dengan area yang jauh dari mata penonton. Mata penonton secara otomatis akan menangkap objek yang lebih dekat dan jelas. Hal ini memberikan jawaban mengapa dalam pertunjukan teater tradisional pemain yang berbicara dan hendak melontarkan pernyataan penting selalu mendekat ke arah penonton. Mereka ingin menjadi pusat perhatian. x Jarak area satu dengan yang lain jika dimanfaatkan dengan baik dapat menciptakan fokus. Dengan analogi yang lebih terang akan lebih mudah terlihat, maka jarak antararea dapat digunakan untuk memberi penonjolan pada pemain tertentu. Memanfaatkan Tata Panggung Tata panggung, sesederhana apapun dapat dimanfaatkan untuk menciptakan fokus. Dengan sedikit kejelian, tata dekorasi pentas menghasilkan ruang yang dapat dimaknai secara khusus untuk kepentingan fokus pemain. x Dengan memanfaatkan posisi tinggi rendah pemain menurut tatanan set dekor yang ada, fokus dapat diciptakan. Posisi pemain yang berdiri di ketinggian biasanya lebih kuat jika dibanding dengan pemain yang ada di bawah. Tetapi jika ada dua pemain yang sama tingginya, maka pemain yang berada di bawah justru akan menjadi fokus karena kedudukan tinggi dua pemain akan saling menghapuskan kekuatan satu sama lain. x Tata dekorasi pentas sering menggunakan bingkai dalam wujud jendela, pintu atau bingkai yang lain. Selain sebagai penguat artistik pementasan, bingkai dapat dimanfaatkan untuk menciptakan fokus. Trianggulasi Untuk menciptakan fokus yang mudah dan natural adalah menempatkan pemain dalam posisi segitiga. Setiap pemain akan mudah terlihat oleh penonton dan mereka dapat melihat satu sama lain sehingga perubahan gerak dan karakter akan lebih cepat ditangkap. Selain itu posisi segitiga memudahkan perpindahan pemain dari titik satu ke titik yang lain tanpa menghilangkan fokus. Penempatan pemain dengan berdasar pada bentuk segitiga ini disebut trianggulasi. Banyak kreasi segitiga yang bisa diwujudkan baik dengan jumlah pemain sedikit ataupun banyak. Individu dan Kelompok Fokus juga dapat diciptakan dengan memisahkan satu orang pemain dari sekelompok pemain yang ada. Penonton akan lebih tertarik untuk melihat satu orang daripada sejumlah orang dalam sebuah kelompok yang biasanya memiliki gestur, pose, dan aktivitas yang sama. Seorang pemain yang posisinya berbeda dari sekelompok pemain secara otomatis akan lebih menarik perhatian penonton. Seseorang yang jongkok di antara beberapa orang yang berdiri pasti memliki daya tarik yang lebih kuat untuk dilihat, demikian juga sebaliknya. Pembedaan pose dan level ini tentu saja harus diikuti pembedaan laku aksi dalam lakon. Misalnya, pemain yang mengambil pose berbeda adalah pimpinan kelompok sehingga ia memiliki peran yang lebih besar daripada yang lainnya. Kelompok Besar Menempatkan pemain dalam kelompok besar membutuhkan teknik tersendiri karena dalam sebuah blocking kelompok tidak ada individu yang lebih menonjol dari yang lain. Artinya, fokus atau perhatian penonton ditujukan kepada sekelompok pemain. Untuk itu ada empat teknik dasar yang bisa diterapkan, yaitu garis, lingkaran, setengah lingkaran, dan segitiga. pemain bermain dengan sangat baik jika pola gerak dan perpindahan pemain lain tidak mendukung. Dalam teater, semua pemain, semua peran memegang kedudukan yang sama karena saling mendukung untuk menciptakan harmoni lakon. Oleh karena itu, mobilitas semua pemain yang terlibat dalam pertunjukan harus diatur dengan baik sehingga makna lakon yang hendak disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penonton dan pertunjukan berjalan menarik. Sutradara membimbing para aktor selama proses latihan. Untuk mendapatkan hasil terbaik sutradara harus mampu mengatur para aktor mulai dari proses membaca naskah lakon hingga sampai materi pentas benar-benar siap untuk ditampilkan. Kunci utama dari serangkaian latihan adalah kerjasama antara sutradara dan aktor serta kerjasama antaraktor. Sutradara perlu menetapkan target yang harus dicapai oleh aktor melalui tahapan latihan yang dilakukan. Oleh karena itu, penjadwalan latihan perlu dibuat. Dengan melaksanakan latihan sesuai jadwal maka aktor dituntut kedisiplinan untuk memenuhi target capaian. Jadwal juga bisa digunakan sebagai acuan kerja penata artistik sehingga ketika sesi latihan teknik dilangsungkan pekerjaan mereka telah siap. Membaca Teks Tahap awal latihan teater adalah membaca. Sutradara membacakan naskah lakon secara keseluruhan kepada aktor kemudian menjelaskan maksud dari lakon tersebut. Pada sesi ini aktor boleh bertanya kepada sutradara hingga semua menjadi jelas dan aktor memahami maksud sutradara berkenaan dengan isi lakon. Setelah itu para aktor membaca lakon secara bersama sesuai dengan karakter yang akan diperankan. Karakter tokoh yang ada dalam naskah lakon tidak tampak hidup jika tidak dibaca dengan pemahaman. Yang dimaksud dengan pemahaman di sini adalah “mengerti”. Langkah pertama dalam pemahaman adalah menangkap “apa” maksud dari dialog karakter tersebut. “Apa” merupakan kata kunci pertama dalam menghayati karakter. Banyak aktor yang hanya mempelajari baris kalimatnya sendiri dan secara instan mulai memutuskan, “Bagaimana saya harus melakukan dialog ini, bagaimana saya harus mengatakannya?”. Tidak seorangpun aktor dapat menjawab “bagaimana” sebelum tahu “apa” maksud dari lakon tersebut. Menjelaskan detil maksud lakon yang tertuang dalam dialog karakter para tokohnya adalah tugas bersama aktor dan sutradara. Jika aktor kesulitan memahami maksud dialog maka kewajiban sutradara untuk menjelaskannya. Beberapa teknik membaca seperti di bawah ini dapat dilakukan untuk mendapatkan maksud lakon secara detil; x Membaca keseluruhan lakon dengan pelan dan cermat x Membaca per suku kata dengan pelan dan teliti x Membaca per kata dengan pelan dan teliti x Membaca teks sebagai teks tanpa mencoba mencari makna kalimat dengan pelan x Membaca dengan memperhatikan tanda baca dengan pelan dan teliti x Mencari hubungan antara satu kata dengan kata lain, satu kalimat dengan kalimat yang lain x Membaca dengan pemahaman x Menambah waktu khusus untuk membaca naskah secara mandiri Menghapal Kerja menghapal dimulai sesegera mungkin setelah mendapatkan naskah. Tidak perlu membayangkan blocking dalam menghapal teks. Latihan baris-baris dialog yang ada dalam teks lakon bisa dilakukan setiap hari. Semakin cepat dan tepat dalam menghapal maka proses kerja berikutnya menjadi semakin mudah. Dalam satu proses latihan sutradara berhak menetapkan target hapalan untuk para aktornya. Target sutradara ini akan memacu para aktor untuk segera menghapal barisbaris dialog yang menjadi tanggungjawabnya. Untuk memudahkan kerja menghapal beberapa teknik di bawah ini dapat dilakukan x Membaca dialog secara keseluruhan dan diulang-ulang x Membaca bagian per bagian secara berulang-ulang x Membaca satu baris dialog kemudian langsung dihapalkan setelahnya diikuti baris dialog selanjutnya x Menemukan kata kunci atau kata yang mudah diingat antara dialog satu dengan yang lain x Menggunakan tape recorder untuk merekam pembacaan dialog Merancang Blocking Lalu lintas perpindahan gerak pemain di atas pentas harus diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi kekacauan. Sutradara perlu menata blocking pemain untuk memberikan kejelasan gerak, arah gerak, serta penekanan-penekanan terhadap tokoh atau situasi tertentu. Rancangan gambar blocking biasanya hanya melukiskan garis besar perpindahan posisi pemain dari titik satu ke titik yang lain. Perpindahan ini akan mempengaruhi posisi aktor yang lain. Stop and Go Stop and Go adalah proses latihan menghapal secara keseluruhan atau per bagian. Di tengah proses, sutradara menghentikan sebentar stop dan memberikan penjelasan atau arahan kemudian para pemain mengulangi lagi adegan yang sama go sesuai arahan sutradara. Teknik ini sangat baik dilakukan agar pemain tidak kehilangan detil karakter yang diperankan penghayatan peran. Sutradara dituntut ketelitiannya dalam proses ini karena perubahan atau pembenahan yang dilakukan akan mempengaruhi adegan berikutnya. Beberapa hal yang bisa dibenahi dalam proses latihan stop and go x Penghayatan karakter baik melalui wicara ataupun ekspresi x Blocking pemain bersesuaian dengan properti atau pemain lain x Aksi dan reaksi di antara pemain x Teknik timming baik dalam aksi individu atau kelompok x Keselarasan adegan Top-tail Proses latihan top-tail dilakukan untuk menghapal rancangan blocking yang telah ditetapkan oleh sutradara. Selain itu juga digunakan untuk mengingat kunci akhir satu dialog dan awal dialog berikutnya atau yang biasa disebut cue kyu. Para aktor mempraktekkan blocking yang ditetapkan oleh sutradara dengan mengucapkan baris awal dialog top sebagai tanda mula dan mengucapkan baris akhir dialog tail sebagai tanda berubahnya blocking. Latihan ini dilakukan berulang-ulang hingga para aktor memahami desain blocking yang telah ditentukan. Proses toptail penting dilakukan terutama untuk menyesuaikan tempat permainan, dari studio latihan ke panggung atau dari panggung satu ke panggung lain. Perubahan ukuran tempat latihan atau panggung pementasan akan mempengaruhi blocking. Oleh karena itu, setiap berada di tempat yang baru perlu proses adaptasi dengan latihan top-tail. Run-through Run-through adalah latihan hapalan naskah lakon secara keseluruhan. Para aktor berlatih memainkan peran dari awal sampai akhir cerita tanpa menggunakan naskah lepas naskah. Dalam run-through sutradara tidak menghentikan proses latihan yang sedang dilakukan. Arahan atau kritik diberikan setelah latihan berakhir. Run-through tahap pertama dapat dilakukan per bagian atau per babak yang disebut sebagai run-thorugh kasar. Tahap berikutnya dilakukan secara menyeluruh. Dalam latihan ini yang dipentingkan adalah hapalan dialog dan blocking yang disesuaikan dengan ekspresi dan emosi karakter peran. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh sutradara dalam proses ini adalah. Ketepatan dialog, Irama, Penghayatan peran, Hubungan antara karakter satu dengan yang lain, Perpindahan adegan atau babak berkaitan dengan dinamika lakon, Tensi dramatik, Blocking pemain, Kerjasama antarpemain, Ketersampaian pesan Latihan Teknik Latihan teknik merupakan proses pengenalan aktor dengan tata panggung, busana, suara, cahaya dan piranti property lainnya. Latihan teknik biasanya dilakukan pada hari-hari terakhir menjelang pertunjukan. Hal ini dapat merusak keseluruhan rancangan pertunjukan dan membuat kerja menjadi sia-sia. Para aktor yang sudah sekian lama berlatih peran jika dibebani dengan hal-hal teknis menjelang pementasan akan mempengaruhi karakter peran. Akibat yang paling fatal adalah karakter yang telah lama dilatihkan justru tidak bisa ditemukan karena beban teknis. Oleh karena itu, lakukan latihan teknik secara khusus paling tidak seminggu sebelum pementasan dilakukan. x Pertama adalah piranti tangan hand props. Segala hal yang disentuh atau digunakan oleh aktor harus segera mungkin dilatihkan agar menjadi kebiasaan. Misalnya, seorang aktor harus menggunakan tongkat untuk berjalan, maka segera mungkin ia berlatih dengan tongkat tersebut agar biasa berjalan dengan tongkat, sehingga perannya nampak wajar dan tidak dibuat-buat. Hal ini berlaku untuk piranti tangan lain, seperti pedang, belati, tas jinjing, pipa cangklong, dan lain sebagainya. x Kedua adalah tata panggung. Meskipun tidak komplet, tetapi latihan dengan tata panggung atau set dekorasi perlu dilakukan secara mendalam. Terutama dengan benda-benda yang akan digunakan atau disentuh oleh aktor, misalnya kursi, meja, pintu, vas bunga, lukisan dinding, dan lain sebagainya. Jika dalam proses latihan benda-benda tersebut belum bisa dihadirkan, maka bisa diganti dengan benda lain yang menyerupai. x Ketiga adalah tata busana. Latihan dengan busana ini sangat bermanfaat bagi para aktor. Berlatih dengan tata busana idealnya dilakukan lebih awal, agar aktor memiliki waktu yang cukup untuk membiasakan diri dengan busana tersebut. Semakin sering aktor mengenakan busana pentas, maka ia akan merasa mengenakan pakaiannya sendiri. Hal ini sangat mempengaruhi laku peran, karena busana dapat memberikan kesan berbeda bagi pemakainya. Kesan yang diharapkan muncul melalui tata busana akan tampak jika aktor telah terbiasa mengenakannya. x Keempat adalah tata lampu. Jika piranti tangan, tata panggung, dan tata busana telah dipenuhi, maka berikutnya adalah penyesuaian dengan tata lampu. Lampu memiliki karakter khusus karena cahaya yang dihasilkan dapat memberikan dimensi dan menambah hidup suasana. Oleh karena itu, penataan cahaya tidak bisa dibarengkan dengan latihan akting. Tata lampu menyesuaikan dengan warna set, busana, segala piranti yang ada di panggung, dan suasana yang dikehendai oleh sutradara. Setelah semuanya terpasang, barulah latihan akting dengan tata lampu bisa dilaksanakan. Dalam latihan ini, lampu menyesuaikan blocking dan fokus yang dikehendaki. Untuk mencapai hasil maksimal, latihan dengan tata lampu perlu dilakukan berulang-ulang. x Kelima adalah tata rias. Tata rias harus menyesuaikan tata lampu. Intensitas dan warna cahaya dapat mempengaruhi tata rias. Oleh karena itu, latihan dengan tata rias dilakukan setelah penataan lampu, karena mengubah atau menyesuaikan tata rias lebih mudah daripada mengubah tata lampu. x Terakhir adalah tata suara. Biasanya, aktor tidak menggunakan mikrofon. Mereka berbicara langung kepada penonton. Tetapi dalam beberapa kasus tata suara untuk pemain diperlukan, misalnya ada pemain yang menyanyi dan menggunakan wireless mic di atas panggung, maka pengaturan sound system perlu disesuaikan, demikian juga dengan ilustrasi musik atau efek yang ingin dihasilkan melalui sound system. Proses penataan sound sytem membutuhkan waktu tersendiri dan tidak berkaitan langsung dengan latihan akting. Selain bersama dengan para aktor, akan lebih baik jika disediakan waktu khusus bagi para teknisi atau unsur tata artistik untuk melakukan latihan secara mandiri. Latihan ini merupakan latihan teknik dalam arti sesungguhnya dimana para kru memasang, mengatur, dan mengujicobakan piranti teknik sebelum benar-benar digunakan. Penataan panggung dan lampu hendaknya mendapatkan waktu khusus karena keduanya membutuhkan waktu penataan dan penyesuaian yang lebih lama dibanding unsur tata artistik yang lain. Dress Rehearsal Setelah semua persyaratan untuk pementasan dipenuhi, maka dress rehearsal atau latihan secara lengkap dan menyeluruh dapat dilakukan. Alasan utama untuk menyelenggarakan dress rehearsal adalah memberikan nuansa pementasan yang sesungguhnya kepada para aktor dan seluruh kru pendukung teknik. Dengan demikian, semua bisa mempelajari segala kekurangan dan mengetahui hal-hal yang perlu disesuaikan dan diperbaiki. Umumnya proses ini dilakukan dua atau bahkan tiga kali. Tahap pertama dan yang kedua biasanya disebut dengan istilah gladi kotor. Pada tahap ini, komentar, kritik, dan saran dapat diberikan baik dari sutradara atau pengamat yang dihadirkan. Seluruh pemain dan kru masih memiliki waktu untuk memperbaikinya. Akan tetapi, pada pelaksanaan tahap akhir atau yang biasa disebut gladi bersih, pembenahan secara teknis sudah tidak bisa lagi dikerjakan, melainkan hal-hal kecil yang berkaitan dengan pemahaman serta semangat kebersamaan para pemain dan kru bisa diperkuat. Sutradara wajib memberikan catatan lisan atau tertulis kepada seluruh pemain dan kru setelah melaksanakan dress rehearsal. Catatan tersebut berfungsi sebagai x Bentuk dari dukungan dan edukasi. Nasehat atau semangat yang diberikan sutradara akan mempengaruhi sikap para pemain dan kru sehingga persoalan yang ada bisa dihadapi bersama. x Pengingat bahwa masalah bisa saja terjadi. Akan tetapi, dengan saling memahami antara satu dengan yang lain, hal itu bisa diatasi. Misalnya, dalam dress rehearsal kru panggung salah menempatkan kursi, maka pemain bisa segera mengatasi masalah tersebut secara improvisasi tanpa mengganggu konsentrasi aktingya. Masalah ini selanjutnya menjadi catatan kru agar tidak terulang lagi. x Penghargaan terhadap jerih payah kerja yang telah dilakukan. Dalam hal ini sutradara diperkenankan memuji hasil kerja seluruh pendukung sehingga semangat kerja akan menjadi lebih baik dan kualitas kerja menjadi lebih sempurna. Setelah melakukan dress rehearsal, maka seluruh pendukung diperbolehkan untuk istirahat dan menyipakan diri untuk menghadapi pentas yang sesungguhnya. Hal ini penting untuk mengembalikan energi dan menenangkan pikiran. Tekanan kerja yang terlalu berat justru tidak akan menghasilkan produk yang maksimal. Apalagi produk tersebut adalah teater yang berkaitan langsung dengan sisi psikologis manusia. Sumber Seni Teater Jilid 1
Pementasanteater merupakan puncak dari semua kegiatan persiapan pertunjukan. Keberhasilan pementasan ditentukan oleh kesiapan segala hal yang diperlukan. Kerjasama dan gotong royong merupakan salah satu kunci keberhasilan pementasan teater selain kekuatan pemain dalam memerankan tokoh dan karakternya.
Ilustrasi sudut pandang dalam cerita. Foto PixabayDalam sebuah cerita, terdapat unsur-unsur yang tidak dapat ditinggalkan untuk membangun kisahnya. Salah satunya adalah sudut pandang atau cara bagaimana penulis menempatkan dirinya dalam sederhana, sudut pandang atau point of view adalah sebuah teknik bercerita yang akan menimbulkan rasa’ yang berbeda pada alur dan cara penyampaian pandang merupakan unsur yang cukup krusial dan kunci kesuksesan cerita. Sebab, dalam sudut pandang terdapat visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh penulisan sudut pandang, penulis harus memperhitungkan bentuk dan kehadirannya. Sebab sudut pandang akan berpengaruh terhadap bagaimana cerita Sudut Pandang dalam CerpenSudut pandang adalah pandangan dari si penulis untuk membawa cerita yang akan dibuatnya. Sudut pandang ini dapat membuat cerita tidak terasa hambar dan memiliki alur yag jelas. 1. AminudinSudut pandang adalah cara seorang pengarang menampilkan para tokoh atau pelaku dalam dongeng yang disampaikan atau bisa Atar SemiSudut pandang adalah titik kisah yang merupakan penempatan dan posisi pengarang dalam ceritanya. Titik kisah terbagi menjadi empat jenis, yaitu pengarang sebagai tokoh, pengarah sebagai tokoh sampingan, pengarang sebagai orang ketiga, dan pengarang sebagai Heri JauhariMenurut Heri, sudut pandang bisa disebut juga dengan pusat naratif yang berfungsi untuk menentukan gaya corak cerita. Karakter dan kepribadian narator akan menjadi penentu dari kisah dongeng yang disajikan kepada pembaca atau membuat cerita, keputusan penulis dalam menentukan siapa yang akan menceritakan kisah menjadi penentu dari apa yang terdapat dalam sebuah Montaqua dan HenshawSudut pandang membedakan siapa yang menentukan struktur gramatikal naratif dan siapa yang menceritakan. Siapa yang menceritakan dongeng ialah hal yang begitu penting, dalam menentukan apa yang ada dalam cerita, pencerita yang berbeda juga akan melihat benda-benda secara Sudut PandangIlustrasi sudut pandang dalam cerita. Foto Pixabay1. Sudut Pandang Orang PertamaSudut pandang orang pertama biasanya menggunakan kata ganti “aku” atau “saya” atau juga “kami” jamak. Penggunaan sudut pandang ini seolah-olah menjadikan pembaca adalah tokoh dalam cerita dan akan melakoni setiap adegan yang ada di pandang orang pertama dibagi menjadi dua, yaitu sudut pandang orang pertama-tokoh utama dan sudut pandang orang pertama-tokoh pandang orang pertama-tokoh utama berarti menjadikan penulis sebagai tokoh utama cerita. Sementara sudut pandang orang pertama-tokoh sampingan adalah teknik di mana tokoh “aku” hadir tidak dalam peran utama, melainkan hanya sebagai peran pendukung. 2. Sudut Pandang Orang KetigaPada sudut pandang orang ketiga, kata ganti yang digunakan adalah “dia” “ia” atau nama tokoh dan juga mereka jamak. Selain penggunaan kata ganti antara sudut pandang orang pertama dan ketiga, perbedaan lainnya yaitu kebebasan peran di dalam sudut pandang orang pertama, penulis dapat dengan bebas menunjukkan sosok dirinya di dalam cerita. Sementara hal ini tidak berlaku pada sudut pandang orang ketiga yang berada di luar’ isi cerita dan hanya mengisahkan tokoh “dia”.Sudut pandang orang ketiga juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu sudut pandang orang ketiga serba tahu/mahatahu dan sudut pandang orang ketiga sudut pandang dalam cerita. Foto PixabaySudut pandang orang ketiga serba tahu berarti sebuah teknik di mana penulis akan menceritakan hal apa saja berkaitan dengan tokoh utama. Baik itu watak, pikiran, perasaan, kejadian, bahkan latar belakang yang mendalangi sebuah dengan sudut pandang orang ketiga serba tahu, sudut pandang orang ketiga pengamat hanya akan menceritakan si tokoh sebatas pengetahuan yang ia tahu. Pengetahuan ini diperoleh dari cara mengamati, mendengar, mengalami, atau merasakan suatu kejadian di dalam cerita3. Sudut Pandang CampuranSecara umum ada satu jenis sudut pandang tambahan yaitu sudut pandang campuran. Dalam sudut pandang ini, penulis dapat menggabungkan antara sudut pandang orang pertama dan orang dapat sewaktu-waktu masuk ke dalam cerita tetapi tidak sebagai tokoh utama, kemudian ada kalanya penulis berada di luar cerita sebagai sosok yang serba Sudut PandangSebelumnya sudah dijelaskan bahwa sudut pandang terdiri dari beberapa jenis, di antaranya sudut pandang orang pertama, orang ketiga, dan campuran. Untuk memahami lebih jelas jenis-jenis dari sudut pandang tersebut, berikut contoh dari setiap sudut pandang seperti yang dikutip dari buku Siap Menghadapi Ujian Nasional SMP/MTs 2011 karangan Wahono, Sudut pandang orang pertamaSudut pandang orang pertama terbagi menjadi dua, yakni sudut pandang orang pertama sebagai tokoh utama dan sebagai tokoh pandang sebagai tokoh utamaAku sedang melihat ke lemari baju yang ada di pojok ruangan. Di pintu lemari tersebut, terdapat stiker bergambar idolaku. Kini, stiker tersebut sudah memudar...Sudut pandang sebagai tokoh sampinganBrak! Sesekali aku dibuat terkejut dengan suara jendela di samping kamarku. Maria pergi terburu-buru sambil lari tunggang langgang. Sepertinya ia terlambat kuliah lagi. Maria adalah gadis yang manis, ia ramah dengan semua orang. Tidak heran jika banyak lelaki Sudut pandang orang ketigaSama seperti sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang ketiga terbagi menjadi dua jenis, yakni serba tahu dan 6 bulan ini Rachel terjun ke dunia modeling. Ayah dan ibunya tidak ada yang merestui jalur karier yang ia geluti. Ia sampai beradu argumen dengan sang ayah yang memang memiliki watak keras. Keduanya sempat bersitegang sebelum akhirnya dipisahkan oleh sang ibu dengan berlinang air apa yang terjadi padanya seminggu belakangan ini. Pulang dari sekolah langsung menunjukkan muka masam. Belum lagi puasa bicara yang sudah ia lakukan belakangan ini. Mungkinkah sebabnya karena hubungan dia dan sang kekasih yang tidak direstui oleh kedua orangtua?3. Sudut pandang campuranNamaku Budi, aku terlahir di keluarga yang sangat sederhana. Ibuku membuka warung sembako, sementara ayahku bekerja sebagai buruh pabrik. Kehidupanku berbanding terbalik dengan Nata, yang hidup berkecukupan, bahkan lebih. Dengan segala kemewahan yang ia punya, Nata merasa tidak perlu bekerja lagi untuk menghidupi keluarganya. Meski begitu, aku tetap merasa bersyukur akan kehidupan yang kujalani bersama keluargakuSudut pandang apa saja?Apa yang dimaksud dengan sudut pandang?Apa yang dimaksud sudut pandang dalam cerpen?
Padapelaksanaannya, seni teater selalu membutuhkan lebih dari satu orang yang saling terkait satu sama lain. Berikut ini beberapa tahapan dalam merancang pementasan teater. Tahapan Merancang Pementasan Teater. Berikut ini 3 tahapan dalam merancang pementasan teater. 1. Membentuk Panitia. Agar suatu pementasan teater itu terarah dan
Teater merupakan salah satu jenis seni pementasan dengan menggunakan manusia sebagai medium utamanya dan dibangun oleh beberapa unsur pembentuk yang salah satunya adalah lakon. Lakon adalah ungkapan pribadi manusia yang berrupa pengalaman, pemikiran, ide, perasaan, semangat, keyakinan dalam satu bentuk gambaran kongret yang membangkitkan pesona dengan alat atau media bahasa. Pesona sastra setidaknya difahami melalui; bentuk, isi, ekspresi, dan bahasa ungkap seorang sastrawan dengan beberapa unsur didalamnya seperti; unsur alur, tema, tokoh, karakter, setting, dan sudut pandang pengarang. Dari Usnur-unsur itulah hendaknya terdapat beberapa muatan yang diantaranya sebagai berikut; Alur di juga dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu alur maju dan alur mundur. Alur Maju, artinya rangkaian cerita yang mengalir dan teratur dari A - Z dan Alur Mundur, yaitu penggambaran cerita yang mengakhirkan pada bagian awal, cerita didalam cerita atau disebut juga dengan flashback. Menurut Aristoteles bahwa; Alur terbentuk oleh sebuah struktur cerita dan adapun struktur lakon tersebut dikemukakan sebagai berikut ini. Unsur - Unsur Lakon dalam Teater a. Introduksi pengenalan tokoh . b. Reasing Action tokoh utama memiliki itikat . c. Konflik tokoh utama mengalami pertentangan. d. Klimaks terselesaikan persoalan tokoh utama. e. Resolusi penurunan klimaks/anti klimaks, dan f. Kongklusi kesimpulan. Salah satu faktor yang paling awal dalam memilih naskah lakon terletak pada kekuatan memilih tema. Masalah yang diangkat, gagasan alur cerita, serta pesan moral yang bersifat aktual atau tidak dengan mengangkat nilai-nilai kemanusiaan agar dapat tercipta kesimbangan hidup, harmonis dan juga bermakna. 2. Unsur Tema dalam Lakon. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tema adalah pokok pikiran dari sebuah cerita dimana didalam tema tersebut terdapat tiga unsur pokok yaitu, Unsur masalah yang diangkat, Unsur gagasan yang ditawarkan, dan Unsur pesan yang disampaikan. a. Masalah. Masalah yang diangkat dalam suatu tema biasanya berisikan tentang problematika kehidupan yang berupa ideologi, politik, ekonomi, budaya, sosial, dan keamanan, pada suatu masyarakat tertentu dalam lingkup luas atau terbatas. b. Gagasan. Gagasan yang ditawarkan dalam tema yaitu jalan pikiran pengarang untuk memberikan gambaran cerita dari awal hingga akhir. dan c. Pesan. Pesan didalam tema sebuah lakon yang disampaikan berupa kesimpulan dari ide atau ungkapan pokok cerita dari si pengarang. 3. Unsur Penokohan dalam Lakon. Secara rinci, penokohan didalam teater dapat dibagi manjadi beberapa peran yang diantaranya sebagai berikut; a. Protaginis adalah tokoh utama dalam cerita yang berperan menggerakkan cerita hingga suatu cerita memiliki peristiwa atau kejadian yang dramatik konflik. b. Antagonis adalah lawan dari tokoh utama yang berperan sebagai penghalang atau penghambat tokoh utama dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan. Unsur - Unsur Lakon dalam Teater c. Deutragonis adalah lakon yang berpihak kepada tokoh utama dalam cerita yang biasannya membantu tokoh utama dalam mencapai tujuannya. d. Foil adalah lawan dari Duatragonis yang berpihak kepada lawan dari tokoh utama dan membantu lakon antagonis untuk menghambat etikat atau tujuan dari tokoh utama. e. Tetragonis adalah tokoh atau pemeran yang tidak berpihak kepada salah satu dari kedua tokoh dengan kata lain bersifat netral. Biasanya tokoh ini lebih cenderung dengan perannya yang selalu memberikan masukan-masukan positif kepada kedua tokoh yang berseteru. f. Confident adalah tokoh yang menjadi tempat menyimpan rahasia atau tempat penyimpanan tokoh utama yang bertugas untuk menjaga pendapat tokoh utama agar tidak diketahui oleh orang lain selain dia dan para penonton saja. g. Raisonneur adalah tokoh yang berperan menajdi corong bicara pengarang kepada penonton. h. Utilitty adalah pemeran pembantu dari kedua belah pihak tokoh hitam dan tokoh putih yang ditempatkan sebagai penghibur, pengembira, atau sebatas menjadi pelengkap dalam suatu pementasan. 4. Unsur Karakter dalam Lakon. Karakter adalah perwatakan atau watak yang dimiliki setiap tokoh atau pemeran dalam lakon memliki ciri-ciri khusus seperti; - Status sosial perwatakan adalah menerangkan kedudukan atau posisi yang diemban seorang tokoh seperti kaya - miskin, tua - muda,rakyat biasa - jelata, pengangguran, gelandangan, dan lainnya. - Fisik sebagai ciri perwatakan adalah melambangkan ciri-ciri khusus tentang jenis kelamin, kelengkapan panca indra atau tubuh seperti telinga, mata, cantik-jelek, tinggi - pendek, dan lainnya. - Psikis adalah perwatakan yang menerangkan ciri-ciri khusus mengenai hal kejiwaan yang dialami oleh tokoh seperti penyakit jiwa - normal, depresi, trauma, mudah lupa, pemarah, pemurah dan lainnya. - Intelektual adalah perwatakan yang menerangkan ciri-ciri khusus menganai sosok tokoh dalam bersikap dan berbuat, terutama dalam mengambil keputusan. misalnya kecerdasan pandai, bodoh, cepat tanggap, tegas, kaku, lamban, atau cepat berfikir, Kharismatik digambarkan sesuai dengan kedudukan jabatan, tanggung jawab berani berbuat dan betanggung jawab sera berani menanggung resiko dalam koridor yang benar. fisik, psikis, intelektual, serta religi. 5. Unsur Setting dalam Lakon. Setting dalam lakon merupakan unsur yang menunjukkan waktu kejadian atau peristiwa dalam sebuah babak. Jika terjadi perubahan pada setting maka seara otomatis akan merubah waktu dan tempat kejadian dan juga terjadinya perubahan babak. Tempat sebagai petunjuk dari unsur setting mengandung arti yang menunjukkan pada lokasi berlangsungnya suatu kejadian, seperti dihotel, di rumah, di sekolah, di kantor dan lainnya. Waktu sebagai bagian unsur setting dalam lakon, menjelaskan kapan waktu terjadinya suatu peristiwa seperti pada malam hari, siang hari, sore hari, gelap - terang, hujan - cerah, zaman dulu, masa kini dan lainnya. 6. Unsur Sudut Pandang Pengarang Point of view dalam Lakon. Merupakan unsur gambaran intelektualitas dan kepekaan pengarang atau creator dalam menangkap dan memahami fenomena yang terjadi. Memahami dan menangkap tanda-tanda tentang sudut pandang pengarang merupakan hal penting bagi seorang creator panggung atau pembaca agar terjadi kesepahaman, sejalan atau tidak setuju dengan apa yang ditawarkan dan dikehendaki pengarang. Jika seorang creator dalam proses kreatifnya mengalami kesulitan menemukan pendangan inti pangarang, secara etika creator dapat melakukan konsultasi atau wawancara dengan penulis tentang maksud dan tujuan dari lakon yang ditulisnya. Demikian penjelasan singkat tentang Unsur Lakon Teater tersebut diatas, semoga beranfaat dan teriamkasih. Sumber Kemendikbud_RI-2017.
Lakondari sudut pandang seniman atau kreator seni teater adalah bahan baku atau sumber ide, gagasan dalam menyampaikan pesan estetis (bentuk/wujud pementasan) dan pesan moral (makna kehidupan) melalui kreativitas pementasan seni teater. Lakon dalam pementasan teater tradisional (teater rakyat dan teater istana) di kita (baca, Indonesia
Teater sebagai seni merupakan salah satu jenis seni pementasan dengan medium utamanya manusia yang dibangun oleh beberapa unsur pembentuknya, salah satunya unsur lakon. Sastra lakon dalam konteks seni pementasan lebih populer disebut dengan lakon yang punya peranan dan diperankan oleh tokoh utama yakni boga lalakon.Lakon sebagai karya sastra dapat diartikan sebagai ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat media atau daya tarik keindahan di dalam sastra, setidaknya dapat dipahami melalui bentuk, isi, ekspresi, dan bahasa ungkap seorang sastrawan dengan persyaratan unsur-unsur di dalamnya, yaitu adanya; Alur, tema, tokoh, karakter, setting, dan sudut pandang pengarang. Unsur-unsur tersebut, hendaknya mengandung muatan;Keutuhan unity,; artinya setiap bagian atau unsur yang ada menunjang kepada usaha pengungkapan isi hati sastrawan. Dengan kata lain tidak adanya unsur kebetulan, semuanya direncanakan dan dipertimbangkan secara harmony, artinya berkenaan dengan hubungan satu unsur dengan unsur lain, harus saling menunjang dan mengisi bukan mengganggu atau mengaburkan unsur yang balance, ialah bahwa unsur-unsur atau bagian-bagian karya sastra, baik dalam ukuran maupun bobotnya harus sesuai atau seimbang dengan fungsinya. Sebagai contoh, adegan yang kurang penting dalam naskah drama akan lebih pendek daripada adegan yang penting. Demikian juga halnya di dalam puisi bahwa yang dianggap penting akan terjadi pengulangan kata atau kalimat dalam baris lain. Fokus atau pusat penekanan sesuatu unsur right emphasis, artinya unsur atau bagian yang dianggap penting harus mendapat penekanan yang lebih daripada unsur atau bagian yang kurang penting. Unsur yang dianggap penting akan dikerjakan sastrawan lebih seksama, sedang yang kurang penting mungkin hanya garis besar dan bersifat skematik bahasa merupakan faktor penting dalam berkomunikasi antara pemeran dan penonton, terutama dalam menyampaikan isi pesan yang dilontarkan melalui para pemerannya. Maksud bahasa di sini adalah bahasa secara penyampaian verbal. Hal ini untuk membedakan dengan bahasa gerak, tari atau pun alasan ciri dari teater rakyat, termasuk di dalamnya yang bersifat spontan, maka dalam membawakan lawakan maupun dalam lakon cerita dikatakan Soemardjo, 200419 yakni nilai dan laku dramatik dilakukan secara ini, jelas dalam menyikapi laku dramatik yang dibangun secara spontanitas para pemainnya sebagaimana dijelaskan Sembung, 199232 bahwa lakon teater rakyat, Topeng Banjet yang ada di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Biasanya menggunakan lakon yang telah dipakai dan kadangkala diulang-ulang dan sangat dikenal oleh pemain dan masyarakat setempat sehingga kerja penyiapan materi seninya tidak terlalu bergantung pada latihan lakon teater, khususnya teater tradisional ditangan sang koordinator dan biasanya merangkap pimpinan grup, atau orang yang dituakan dalam kelompok seninya. Lakon yang akan dibawakan baik diminta atau tidak yang empunya hajat penanggap seni merupakan bahan lakon yang perlu dipahami, dan diperankan secara saksama. Adapun bahan lakon tersebut yakni dari teks lisan dalam bentuk garis besar lakon bedrip lakon, cerita disampaikan koordinator kepada para pemain yang ditindak lanjuti menjadi wujud pementasan. Dalam pementasan teater kedudukan lakon menjadi unsur penting. Lakon yang telah ditentukan sebagai bahan pementasan teater, terlebih dahulu dianalisis bagian-bagiannya, antara lain ; alur plotting, tema thought, tokoh dramatic person, karakter character, Tempat kejadian peristiwa Setting, dan Sudut pandang pengarang point of view. Unsur tokoh dan karakter atau perwatakan sebagai unsur seni peran, telah dibahas pada pertemuan bab sebelumnya. Selanjutnya, untuk mempelajari naskah lakon teater, kamu harus memulainya dengan memahami beberapa unsur, antara lain sebagai Alur atau Jalan cerita Alur dalam bahasa Inggris disebut plot. Alur dapat diartikan sebagai jalan cerita, susunan cerita, garis cerita atau rangkaian cerita yang dihubungkan dengan sebab akibat hukum kausalitas. Artinya, tidak akan terjadi akibat atau dampak, kalau tidak ada sebab atau kejadian alur dapat dikemukakan pula tentang alur maju dan alur mundur. Alur maju, artinya rangkaian cerita mengalir dari A sampai Z. Adapun Alur mundur, cerita berjalan, yaitu, penggambaran cerita yang mengakhirkan bagian awal, dapat juga cerita di dalam cerita atau disebut dengan flashback. Alur di dalam cerita dibangun oleh sebuah struktur. Struktur cerita menurut Aristoles adalah sebagaima gambar di bawah = Pengenalan tokoh misalnya Arif, Tuti, Ayah, Ibu, Paman dan Orang Tua Arif Reasing Action = tokoh utama memiliki itikad Tokoh Arif Konflik = tokoh utama mengalami pertentangan Itikad Arif dihambat oleh orang tua Tuti Klimaks = terselesaikannya persoalan tokoh utama kedua orang tua Tuti merestui Arif dalam hubungan cinta Resolusi = penurunan klimaks atau disebut anti klimaks Kedua orang tua Arif melamar Tuti Kongklusi = kesimpulan cerita atau kisah Arif dan Tuti bersanding dipelaminanFaktor pertama dan utama dalam memilih naskah lakon terletak pada kekuatan memilih tema. Masalah yang diangkat, gagasan cerita yang digulirkan melalui alur, dan pesan moral bersifat aktual atau tidak. Pesan moral yang dimaksud harus mengangkat nilai-nilai kemanusiaan agar tercipta keseimbangan hidup, harmonis, dan TemaTema adalah pokok pikiran. Di dalam tema terkandung tiga unsur pokok, yaitu 1 masalah yang diangkat, 2 gagasan yang ditawarkan, dan 3 pesan yang disampaikan pengarang. Masalah yang diangkat di dalam tema cerita berisi persoalan-persoalan tentang kehidupan, berupa Ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan, pada suatu masyarakat tertentu dalam lingkup luas atau terbatas. Gagasan yang ditawarkan dalam tema adalah jalan pikiran pengarang untuk memberikan gambaran cerita dari awal sampai akhir. Pesan di dalam tema sebuah lakon berupa kesimpulan ungkapan pokok cerita dari yang ada pada lakon drama atau teater, biasanya tentang; kepahlawanan heroic, pendidikan educatif, sosial social, kejiwaan pscykologi, keagamaan religius. Tema lakon di dalam teater remaja, biasanya lebih didasarkan pada muatan pendidikan untuk menumbuhkembangkan mental, moral, dan pikir. Contoh, dalam memahami tema, temanya pendidikan; masalahnya adalah “narkoba“, gagasan atau idenya adalah “menghilangkan nyawa”, pesan moral atau nilainya adalah “jauhi narkoba” sebab menghilangkan PenokohanPenokohan di dalam teater dapat dibagi dalam beberapa peran, antara lain protagonis, antagoni, deutragonis, foil, tetragoni, confident, raisonneur dan utility. Secara rinci pesan tersebut dapat dijelaskan adalah tokoh utama, pelaku utama atau pemeran utama boga lalakon disebut sebagai tokoh putih. Kedudukan tokoh utama adalah menggerakkan cerita hingga cerita memiliki peristiwa dramatik konflik Antagonis adalah lawan tokoh utama, penghambat pelaku utama disebut sebagai tokoh hitam. Kedudukan tokoh antagonis adalah yang mengahalangi, menghambat itikad atau maksud tokoh utama dalam menjalankan tugasnya atau mencapai tujuannya. tokoh antagonis dan protagonis biasanya memiliki kekuatan yang sama, artinya sebanding menurut kacamata kelogisan cerita di dalam membangun keutuhan cerita. Deutragonis adalah tokoh yang berpihak kepada tokoh utama. Biasanya tokoh ini membantu tokoh utama dalam menjalankan itikadnya. Kadangkala, tokoh ini menjadi tempat pengaduan atau memberikan nasihat kepada tokoh utama. Foil adalah tokoh yang berpihak kepada lawan tokoh utama. Biasanya tokoh ini membantu tokoh antagonis dalam menghambat itikad tokoh utama. Kadangkala, tokoh ini menjadi tempat pengaduan atau memberikan nasihat untuk memperburuk kondisi kepada tokoh antagonis. Tetragonis adalah tokoh yang tidak memihak kepada salah satu tokoh lain, lebih bersifat netral. Tokoh ini memberi masukan-masukan positif kedua belah pihak untuk mencari jalan yang terbaik. Confident adalah tokoh yang menjadi tempat penyampaian tokoh utama. Pendapat-pendapat tokoh utama tersebut pada umumnya tidak boleh diketahui oleh tokoh-tokoh lain selain tokoh tersebut dan penonton. Raisonneur, adalah tokoh yang menjadi corong bicara pengarang kepada penonton. Utilitty adalah tokoh pembantu baik dari kelompok hitam atau putih. Tokoh ini dalam dunia pewayangan disebut goro-goro punakawan. Kedudukan tokoh utilitty, kadangkala ditempatkan sebagai penghibur, penggembira atau hanya sebatas pelengkap saja, Artinya, kehadiran tokoh ini tidak terlalu penting. Ada atau tidaknya tokoh ini, tidak akan mempengaruhi keutuhan lakon secara tematik. Kalau pun dihadirkan, lakon akan menjadi panjang atau menambah kejelasan adegan peristiwa yang kaitan penokohan di dalam teater rakyat atau teater tradisional cenderung bersifat flat. Artinya, setiap pemain atau pemeran yang akan membawakan penokohan cerita tidak berubah atau jarang berubah orang sesuai dengan karakter atau kebiasaan tokoh yang dibawakan dalam membawakan peranannya. Oleh karena itu, di dalam teater rakyat, mengenal pembagian casting berdasarkan kebiasaan tokoh yang dibawakan. Apakah itu tokoh pejabat, penjahat, goro-goro atau peran utama dengan paras yang ganteng. Dengan tipe casting inilah, teater rakyat akan lebih mudah untuk mengembangkan cerita dengan tingkat improvisasi dan spontanitas tinggi tanpa naskah. d. Karakter Karakter adalah watak atau perwatakan yang dimiliki tokoh atau pemeran di dalam lakon. Watak atau perwatakan yang dihadirkan pengarang dengan ciri-ciri secara khusus, misalnya berupa; status sosial, fisik, psikis, intelektual, dan religi. Status sosial sebagai ciri dari perwatakan adalah menerangkan kedudukan atau jabatan yang diemban tokoh dalam hidup bermasyarakat pada lingkup lakon, antara lain; orang kaya, orang miskin, rakyat biasa atau jelata, penggangguran, gelandangan, tukang becak, kusir, guru, mantri, kepala desa, ulama, ustad, camat, bupati, gubernur, direktur atau presiden, dan sebagai ciri dari perwatakan, menerangkan ciri-ciri khusus tentang jenis kelamin laki-laki perempuan atau waria, kelengkapan pancaindra atau keadaan kondisi tubuh cantik-jelek, tinggi-pendek, kurus-buncit, kekar-lembek, rambut hitam atau putih, buta, pincang, lengan patah, berpenyakit atau sehat, dan sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus mengenai hal kejiwaan yang dialami tokoh, seperti; sakit ingatan atau normal, depresi, traumatic, mudah lupa, pemarah, pemurah, penyantun, pedit, pelit, dermawan, dan sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus mengenai hal sosok tokoh dalam bersikap dan berbuat, terutama dalam mengambil sebuah keputusan atau menjalankan tanggung jawab. Misalnya, kecerdasan pandai atau bodoh, cepat tanggap atau apatis, tegas atau kaku, lambat atau cepat berpikir, kharismatik gambaran sikap sesuai dengan kedudukan jabatan, tanggung jawab berani berbuat berani menanggung resiko, asalkan dalam koridor yang benar. Karakter tokoh akan lebih mudah dicerna, karena kekhasan tokoh dan pembiasaan membawakan tokoh menjadi landasan dalam membangun karakter peran di dalam penyajian lakon teater. Biasanya pemeran yang berperawakan tinggi besar, berperilaku kasar, handal menampilkan silat akan cenderung membawakan tokoh dengan karakter Jawara atau tokoh jahat. Adapun pemain yang berperawakan tinggi besar dengan paras ganteng akan menerima tokoh dengan karakter tokoh baik. Begitu pula dengan pendukung yang bertubuh kecil dan jelek tetapi mampu mengocek perut akan hadir sebagai tokoh utility atau detragonis atau Setting Setting dalam sebuah lakon merupakan unsur yang menunjukan; tempat dan waktu kejadian peristiwa dalam sebuah babak. Berubahnya setting berarti terjadi perubahan babak, begitu pula dengan sebaliknya. Perubahan babak berarti terjadi perubahan sebagai penunjuk dari unsur setting di dalam lakon, mengandung pengertian yang menunjuk pada tempat berlangsungnya kejadian. Misalnya di rumah, di hotel, di stasiun, di sekolah, di kantor, di jalan, di hutan, di gang jalan, di taman, di tempat kumuh, di lorong , di kereta api, di dalam Bus, dan sebagai bagian unsur setting di dalam lakon, menjelaskan tentang terjadinya putaran waktu, yakni siang-malam, pagi-sore, gelap-terang, mendung cerah, pukul lima, waktu Ashar, waktu Subuh, zaman kemerdekaan, zaman orde baru, zaman reformasi dan sebagainya. Latar peristiwa kejadian sebagai bagian dari unsur setting di dalam lakon, misalnya; kondisi perang, kondisi mencekam, kondisi aman, dan Point of viewSetiap lakon, termasuk lakon teater anak-anak, remaja, dewasa atau pun untuk semua umur pasti melibatkan sudut pandang pengarang atau penulis. Sudut pandang pengarang atau penulis ini disebut point of view. Sebagai gambaran intelektualitas dan kepekaan pengarang atau creator dalam menangkap dan memaknai fenomena yang terjadi. Memahami dan menangkap tanda-tanda tentang sudut pandang pengarang merupakan hal penting bagi seorang creator panggung atau pembaca agar terjadi kesepahaman, kesejalanan atau tidak setuju dengan apa yang ditawarkan dan dikehendaki pengarang. Apabila seorang creator dalam proses kreatifnya mengalami kesulitan menemukan pandangan inti pengarang, secara etika creator dapat melakukan konsultasi atau wawancara dengan penulis tentang maksud dan tujuan dari lakon yang ditulis.
9rPt9pu. 88a0mvhhin.pages.dev/56288a0mvhhin.pages.dev/59088a0mvhhin.pages.dev/27988a0mvhhin.pages.dev/42688a0mvhhin.pages.dev/34888a0mvhhin.pages.dev/46688a0mvhhin.pages.dev/11188a0mvhhin.pages.dev/291
dalam pementasan teater sudut pandang pengarang disebut juga dengan